Kamis, 07 Agustus 2014

Episode Pendekar Cinta

9. Perayaan ulang tahun ketua partai Bu-tong-pay

Keesokan paginya selagi mereka berdua sedang menikmati sarapan pagi di warung penginapan, Lie Kun Liong mendengar namanya di panggil-panggil. Ketika ia menengok ke arah suara panggilan itu, tampak sedang menuruni anak tangga loteng penginapan itu Cin-Cin, Tang Bun An dan ketua partai Thay-san-pay – Master The Kok Liang.
Dengan girang Lie Kun Liong berdiri dan menyambut kedatangan mereka sambil berkata “Cin-moy, Tang-heng rupanya kalian juga sudah turun gunung”. Ia lalu memberi hormat ke Master The-Kok-Liang.
Sambil tertawa gembira Cin-Cin berkata “Ayah mendapat undangan perayaan ulang tahun ke 80 ketua partai Bu-tong – Kiang Ti Tojin, jadi sekalian untuk menambah pengalaman kami ikut pergi sedangkan ibu tetap tinggal di rumah.
“Sebenarnya kami bisa langsung ke Bu-tong tapi Cin-moy merengek-rengek mau melihat-lihat keindahan kota raja dulu” kata Tang Bun An sambil tertawa mengoda.
Sambil memonyongkan mulutnya Cin-Cin berkata “Padahal aku tahu suheng sebenarnya kepingin juga melihat-lihat kota raja”
“Sudahlah kalian berdua ini selalu ribut-ribut, malu di dengar orang” kata Master The-Kok-Liang.

Lie Kun Liong lalu mengenalkan mereka teman seperjalanannya – Bai Mu An. Sambil sarapan pagi bersama, Cin-Cin berkata “Liong-ko bagaimana kalau engkau ikut bersama kami ke Bu-tong, di sana pasti ramai sekali dan banyak tokoh-tokoh silat kenamaan yang datang untuk megucapkan selamat ulang tahun kepada Kiang Ti Tojin”
“Benar Lie-heng, sebaiknya kita pergi bersama-sama untuk menambah pengalaman” sahut Tang Bun An sambil menoleh ke arah suhunya meminta ijin.
Master The-Kok-Liang mengangguk-anguk tanda setuju sambil mengusap jenggotnya. “Benar A Liong, ini kesempatan yang langka, jarang terjadi kita bisa memenuhi undangan dari parai Bu-tong., sekalian ajak hiantit Bai Mu An” kata Master The Kok Liang.
“Terima kasih cianpwe atas ajakannya tapi wanpwe masih ada urusan pribadi di kota raja ini” jawab Bai Mu An dengan hormat.

Lie Kun liong tahu Bai Mu An masih penasaran hendak mencari Liok In Hong sampai ketemu sehingga ia tidak telalu mendesak.
Selesai sarapan Bai Mu An pergi untuk menyelesaikan urusan pribadinya sedangkan mereka bersiap-siap melanjutkan perjalanan ke Bu-tong-pay.

Sepanjang perjalanan Lie Kun Liong menceritakan pengalamannya secara garis besar saja selama beberapa bulan ini termasuk peristiwa semalam.
“Aneh sekali, siapa gerangan angkatan tua yang bisa memerintahkan Maling Sakti untuk melakukan pencurian yang sangat beresiko di istana. Setahu lohu Maling Sakti memiliki ginkang yang tiada taranya dan ilmu silat yang tinggi, termasuk salah satu jago kosen dunia persilatan” kata Master The Kok Liang.
Sepanjang perjalanan ke Bu-tong mereka melihat banyak orang-orang persilatan mulai dari pengemis, ******* dan lain-lain juga menuju ke Bu-tong-san. Rupanya kali ini pihak Bu-tong-pay merayakan ulang tahun ketua partainya besar-besaran.

Sekilas mengenai partai Bu-tong saat itu, dengan ribuan murid yang tersebar di seluruh penjuru, tak pelak lagi Bu-tong-pay merupakan salah satu partai terkuat di dunia persilatan saat ini.
Pimpinan tertinggi Bu-tong-pay selain ketua adalah hu-ciangbujin (wakil ketua) partai yang saat ini dipegang sute Kiang-Ti-Tojin bernama Kiang-Siang-Tojin serta para tianglo (sesepuh perguruan) yang merupakan sute-sute Kiang-Ti-Tojin dan Kiang-Siang-Tojin.

Sedangkan angkatan kedua partai Bu-tong merupakan murid-murid utama pimpinan partai ini yang rata-rata sudah berumur 40-50 tahunan terkecuali murid penutup Kiang-Ti-Tojin yang baru berusia 19 tahunan bernama Tan Sin Liong. Sedangkan angkatan muda partai Bu-tong saat ini yang memiliki kepandaian tertinggi adalah 7 pendekar dari Bu-tong yang merupakan murid-murid angkatan kedua Bu-tong-pay.

Di bawah kedudukan wakil ketua adalah kedudukan pelaksana harian yang mengatur semua kegiatan sehari-hari Bu-tong-pay termasuk kegiatan perayaan ulang tahun ini, dipimpin oleh murid pertama Kiang-Ti-Tojin yang bernama Tiong-Pek-Tojin. Tiong-Pek-Tojin ini baru berusia pertengahan 50 tahunan disebut-sebut sebagai calon ciangbujin (ketua) Bu-tong-pay menggantikan gurunya Kiang-Ti-Tojin. Ilmu silatnya adalah yang paling lihai di angkatan ke dua Bu-tong-pay dan dikabarkan telah mewarisi semua ilmu gurunya sehingga sangat cocok menjadi calon pengganti ciangbujin saat ini dan didukung sebagian besar sute-sutenya serta kalangan muda Bu-tong-pay.

Namun dikalangan angkatan ke dua Bu-tong-pay yang sangat berambisi menjadi calon pengganti ciangbujin adalah murid satu-satunya Kiang-Siang-Tojin yang bernama Tiong-Cin-Tojin berusia dua tahun lebih muda dari Tiong-Pek-Tojin. Dari segi ilmu silat ia masih kalah seurat dari suhengnya Tiong-Pek-Tojin tapi dari segi kecerdikan Tiong-Pek-Tojin kalah jauh dari sutenya ini. Tiong-Pek-Tojin wataknya teguh, dapat dipercaya dan jujur sedangkan Tiong-Cin-Tojin cerdik cenderung licik, supel dan kurang mempunyai wibawa di mata murid-murid Bu-tong-pay.
Lain dengan suhengnya yang menjabat sebagai pelaksana harian, Tiong-Cin-Tojin lebih suka berkelana dan memiliki pergaulan yang luas dengan berbagai kalangan.

Kiang-Siang-Tojin tentu saja lebih menginginkan murid satu-satunya ini yan menjadi calon ciangbujin tapi yang berhak membuat keputusan adalah ketua partai. Menurut kabar angin selain merayakan ulang tahunnya yang ke 80, Kiang-Ti-Tojin juga akan mengumumkan siapa yang menjadi calon penggantinya. Itulah sebabnya mengapa perayaan ulang tahun ini dirayakan besar-besaran.

Sedangkan bagi para undangan, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk memberi selamat kepada tokoh paling terkemuka juga untuk mengenal lebih dekat calon ciangbujin Bu-tong-pay yang baru.
Setibanya mereka di gunung Bu-tong sudah banyak undangan lain yang hadir. Mereka di sambut oleh murid-murid penerima tamu dan begitu mengetahui yang datang adalah caingbujin Thay-san-pay segera mereka memberitahu pelaksana harian Tiong-Pek-Tojin yang keluar menyambut mereka. Walaupun menurut tingkatan Master The-Kok-Liang sejajar dengan ciangbujin Bu-Tong-Pay tapi Master The-Kok-Liang bersahabat kekal dengan Tiong-Pek-Tojin karena selain berusia hampir sama, juga mereka terjun ke dunia kangouw dan mengangkat pada masa yang sama.

“Apa khabar The-heng, sudah puluhan tahun tidak bertemu ternyata The-heng masih kelihatan muda dan tidak berubah banyak” kata Tiong-Pek-Tojin dengan gembira menyambut kawan lamanya.
“Baik-baik saja Can-heng, engkau juga tidak berubah malah semakin gagah” balas Master The-Kok-Liang gembira. Ia menyebut nama Tiong-Pek-Tojin sebelum ia menjadi Tojin (******* Tao).
“Bagaimana kabar dengan Chen Kouwnio” Tiong-Pek-Tojin menanyakan kabar istri Master The-Kok-Liang.
“Baik-baik saja, Hui-Lan tetap di Thay-San mengurus partai” kata Master The-Kok-Liang. Lalu ia memperkenalkan rombongannya.

Tiong-Pek-Tojin mengajak rombongan Thay-San-Pay ini duduk di bagian tamu kehormatan. Para undangan yang hadir hanya sedikit yang mengenal ketua Thay-san-pay ini karena selain sudah lama tidak berkecimpung di dunia persilatan, letak gunung Thai-san yang jauh serta murid-murid partai Thai-san-pay jarang yang berkelana membuat partai ini sedikit kurang dikenal kalangan persilatan. Tapi begitu mengetahui mereka berasal dari Thai-san-pay dan dipimpin langsung oleh ketuanya yang tersohor, kebanyakan undangan menjulurkan leher mereka untuk melihat lebih jelas rombongan Thay-san-pay. Apalagi rombongan Master The-Kok-Liang terutama Cin-Cin yang cantik jelita sudah menarik minat kalangan muda yang hadir.

Memang Cin-cin memiliki bentuk tubuh dan paras rupa yang sempurna. Ia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, kelemah-lembutan, dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya. Sedangkan Lie Kun Liong dan Tang Bun An adalah pemuda-pemuda pilihan dan tampan sehingga menarik minat para dara muda yang hadir.
Di bagian tamu kehormatan ternyata sebagian besar sudah terisi, sepanjang jalan sebentar-sebentar Master The-Kok-Liang berhenti menyambut sapaan kenalan-kenalan lamanya.

Ternyata selain ketua Thay-san-pay, juga hadir ketua partai Hoa-San-Pay – Master Yu-Kang, ketua Go-Bi-Pay – Ong-Sun-Tojin, ketua Kun-Lun-Pay – Sie-Han-Cinjin, wakil ketua partai Kay-Pang – Kam Lo-kai, serta sute ketua biara Shao-Lin – Tiang-Lok Hwesio serta ketua partai-partai lainnya.
Boleh di bilang perayaan kali ini termasuk peristiwa langka di dunia persilatan, di mana pimpinan utama 7 partai besar yaitu Shao-Lin, Bu-Tong-Pay, Thay-San-Pay, Hoa-San-Pay, Go-Bi-Pay, Kun-Lun-Pay dan perkumpulan Kay-Pang hadir semua di sini.

Dengan wajah berseri-seri, murid-murid Bu-Tong melayani para tetamu dengan hormat. Mereka tahu para tamu undangan yang datang kali ini merupakan tokoh-tokoh utama dunia kangouw.
Bagi Lie Kun Liong ini merupakan kesempatan yang baik untuk mencari tahu keadaan Bu-Tong-Pay karena seperti yang ia dengar dari pelayan warung makan mengenai kematian kedua orang tuanya sangat erat kaitannya dengan Bu-Tong.
Sedangkan di pihak Bu-Tong-Pay, seluruh pimpinan dan murid-murid utama telah dikerahkan menyambut kedatangan tamu kehormatan diantaranya nampak Tiong-Pek-Tojin, Kiang-Siang-Tojin, Tan Sin Liong, 7 pendekar Bu-Tong, dan lain-lain.

Setelah di rasa waktunya telah tiba, ketua partai Bu-Tong Kiang-Ti-Tojin keluar. Tampak seorang tua dengan rambut telah putih semua memasuki ruangan, wajahnya masih tampak sehat kemerahan, sinar matanya masih bersinar terang menandakan lweekang yang sudah sempurna – Inilah salah satu tokoh paling terkemuka di dunia persilatan. Kiang-Ti-Tojin lalu mengucapkan terima kasih atas kehadiran para tamu undangan dan mempersilakan para tamu untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan, lalu ia menghampiri dan menyapa para tamu kehormatan satu per satu untuk mengucapkan terima kasih atas kesediaan mereka datang ke Bu-Tong-Pay.

Setelah melihat para hadirin sudah puas makan minum hidangan yang disediakan, Kiang-Ti-Tojin lalu berdiri dan berkata kepada para tamu undangan “Pinto berterima kasih atas kunjungan para sahabat sekalian. Seperti yang diketahui, sekarang ini pinto sudah berusia 80 tahun dan selama ini kewajiban pinto sebagai ketua diwakili sute Kiang-Siang-Tojin dan murid pinto – Tiong-Pek-Tojin dalam mengurus keseharian partai ini. Saat ini pinto bersama sute Kiang-Siang-Tojin dan para tianglo sepakat untuk menyerahkan tampuk pimpinan ke angkatan yang lebih muda dan lebih bersemangat untuk memajukan partai. Sedangkan pinto bersama sute dan para tianglo hanya akan mengawasi dan memberi pertimbangan-pertimbangan jika diperlukan. Setelah melalui berbagai macam pertimbangan, pinto memutuskan untuk menunjuk murid pertama pinto – Tiong-Pek-Tojin sebagai pejabat ciangbujin untuk mengantikan pinto dan akan dilantik secepatnya”

Terdengar tepukan tangan yang ramai dari murid-murid Bu-Tong-Pay dan para tamu undangan tanda penunjukan Tion-Pek-Tojin sesuai dengan harapan mereka.

Demikianlah pidato Kiang-Ti-Tojin mengakhiri perayaan ulang tahunnya dengan meriah. Para tamu undangan merasa puas dengan pelayanan murid-murid Bu-Tong-Pay dan menyebarkan kabar penting ini ke seluruh penjuru dunia persilatan. Tiong-Pek-Tojin sibuk melayani ucapan selamat yang diterimanya dari para tamu undangan khususnya dari Master The-Kok-Liang yang merasa sangat gembira sahabat lamanya sekarang menjadi ketua partai Bu-Tong sejajar kedudukannya dengan dirinya.

Tiong-Pek-Tojin mendesak Master The-Kok-Liang untuk tinggal selama beberapa hari di Bu-Tong dan di sambut dengan sukarela oleh Master The-Kok-Liang dan rombongan.
Lie Kun Liong, Cin-Cin dan Tang Bun An selama di Bu-Tong-Pay ditemani oleh murid penutup Kiang-Ti-Tojin – Tan Sin Liong. Dengan cepat mereka merasa akrab dan cocok satu sama lain. Mereka diajak Tan Sin Liong bertamasya di gunung Bu-Tong yang sangat terkenal atas keindahannya. Mereka begitu takjub melihat keindahan Bu-Tong-San, tinggi menjulang, biru dari kejauhan dan terkadang tertutupi awan dipuncaknya
Kawasan gunung Bu-Tong tidak hanya menyajikan panorama alam nan sejuk, tetapi juga memiliki air terjun yang indah. Mereka dapat menikmati keindahan alam dan segarnya air terjun dengan beraneka macam kupu-kupu beterbangan di sana sini.

Uniknya lagi, di bagian bawah air terjun ini terdapat sebuah gua. Di dalam gua itu terdapat stalaktit yang cukup indah. Dari dalam gua mereka bisa dapat melihat lembar-lembar air terjun yang jatuh ke bumi bagaikan tirai.
Mereka bertiga merasa puas sekali tinggal di gunung Bu-Tong dan berteman dengan Tan Sin Liong. Wajah Tan Sin Long cukup tampan namun terkesan pendiam alias tidak banyak bicara. Bagi Tan Sin Liong mereka merupakan teman-teman yang baru pertama kali ia temui, walaupun di gunung Bu-Tong ini pemuda-pemudi yang sebaya dengan dirinya cukup banyak namun karena secara kedudukan tingkatannya lebih tinggi, mereka menjadi agak sungkan dan bergaul pun menjadi kurang akrab. Memang di jaman itu, masalah tingkatan masih dianggap sangat penting sehingga walaupun umur mereka sebaya, mereka tetap harus memanggilnya susiok (paman guru).

Selama berada di Bu-Tong, Lie Kun Liong berusaha mencari tahu hubungan Bu-Tong dengan ayahnya. Ia mencoba minta bantuan Master The-Kok-Liang dengan menceritakan semua yang ia dengar mengenai kematian ke dua orangtuanya dari pelayan warung makan, dimana sebelum meninggal ayahnya meninggalkan goresan kata Bu-Tong. Dengan serius Master The-Kok-Liang mendengarkan penuturan Lie Kun Liong. Ia lalu berkata “Ini memang perkara yang aneh, apakah ada murid Bu-Tong-pay yang terlibat dengan kematian ke dua orangtuamu masih belum bisa dipastikan kebenarannya. Begini saja, biar lohu mencari tahu dari Tiong-Pek-Tojin dan sute-sutenya apakah mengenal ayahbundamu. Mungkin dari sini kita bisa mendapatkan sedikit petunjuk”.

Tapi selama beberapa hari tinggal di Bu-Tong, Lie Kun Liong tidak dapat menemukan kabar apa pun mengenai kematian kedua orangtuanya. Master The-Kok-Liang memberitahukan hasil penyelidikannya dengan bertanya kepada Tiong-Pek Tojin dan sute-sutenya bahwa tak seorang pun yang mengenal kedua orangtuanya.
Di malam terakhir mereka di Bu-Tong, Lie Kun Liong tidak dapat tidur, ia kecewa tidak mendapatkan petunjuk apapun. Apakah kematian kedua orangtuanya tidak akan pernah terungkap, sebagai anak ia merasa telah mengecewakan harapan orangtuanya.

Akhirnya untuk menenangkan diri ia berjalan keluar kamar menuju taman tidak jauh dari kamarnya. Ia duduk termenung sambil menatap kilauan bintang-bintang di langit malam, tak ada bulan hanya ada awan yang datang menyelimuti, ia merasakan malam begitu kelam sekelam pikirannya. Tiba-tiba kupingya yang tajam mendengar sayup-sayup suara lirih dari balik tembok taman lalu menghilang. Di picu rasa ingin tahu, Lie Kun Liong melompat melewati tembok taman dan mencari sumber suara tadi. Agak jauh ke depan dari belakang tembok taman merupakan hutan yang dipenuhi pepohonan, dengan hati-hati ia memasuki hutan itu. Suara tadi mulai ia dengar kembali. Dari balik pepohonan ia melihat dua orang murid Bu-tong sedang melakukan pembicaraan. Lie Kun Liong mengenal kedua orang itu sebagai sute-sute Tiong-Pek-Tojin, entah apa gerangan yang mereka bicarakan di malam yang sudah larut ini. Pria pertengahan yang wajahnya terlihat jelas ia kenal bernama Tiong-Jin-Tojin sedangkan pria yang satunya lagi bernama Tiong-Kok-Tojin, keduanya adalah suheng-suheng Tan Sin Liong.

Ia memasang telinga baik-baik, karena jarak persembunyiannya cukup jauh ia hanya mendengar sepotong-sepotong pembicaraan mereka. Tapi yang membuat hatinya melonjak adalah ketika ia mendengar kata “Pemuda itu…..Lie Kun Liong….anak mereka….. Lie Hong Kiat”
Akhirnya ia mendapat petunjuk terang mengenai sebab kematian kedua orangtuanya, mata Lie Kun Liong mulai meletupkan sinar berapi-api.

Sudah jelas ada murid Bu-Tong-Pay terlibat dalam pembunuhan kedua orang tuanya. Jangan-jangan kedua orang ini turut terlibat dalam pengeroyokan dua belas tahun yang lalu.
Lie Kun Liong menunggu ke dua orang itu pergi sebelum ia keluar dari tempat bersembunyinya, lalu kembali ke kamarnya. Ia tidak mau bertindak sembrono sebelum mengetahui semuanya dengan jelas dan mengungkapkan siapa dalang dari pembunuhan ke dua orangtuanya.

Keesokan paginya ia menemui Tan Sin Liong untuk memancing informasi lebih lanjut mengenai kedua orang itu semalam.
“Tan-heng, aku lihat masa depan Tan-heng ke depan pasti gilang-gemilang dengan terpilihnya suhengmu Tiong-Pek-Tojin sebagai ciangbujin berikutnya, bukan tidak mungkin Tan-heng dagkat sebagai wakil ketua atau pelaksana harian” kata Lie Kun Liong membuka pembicaraan.

Dengan menghela nafas panjang Tan Sin Liong mengeluarkan unek-uneknya dan berkata“Lie-heng sebagai orang luar mungkin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di tubuh partai kami saat ini. Kelihatannya semua murid-murid Bu-Tong saling rukun tetapi sebenarnya terdapat perselisihan-perselisihan kecil yang kalau dibiarkan bisa membesar”
“Kalau Tan-heng percaya sama aku, persoalan apa yang terjadi di Bu-Tong-Pay saat ini ?”
“Tentu saja aku percaya sama Lie-heng yang sudah aku anggap sebagai teman karib. Persoalan ini mengenai Tiong-Cin suheng beserta murid-murid yang mendukungnya. Sudah bukan rahasia lagi Tiong-Cin suheng memiliki ambisi untuk menjadi ciangbujin Bu-Tong-Pay, dengan ditunjuknya Tiong-Pek suheng sebagai ciangbujin menggantikan suhu, membuat pihak Tiong-Cin suheng kecewa. Sebelumnya sudah berulangkali Tiong-Cin suheng mengkritik Tiong-Pek suheng dalam melaksanakan tugas sehari-hari partai Bu-Tong namun selama ini Tiong-Pek suheng cukup arif tidak melayani provokasi Tiong-Cin suheng. Tapi bila terus diprovokasi bukan tidak mungkin Tiong-Pek suheng terpancing sehingga bisa terjadi bentrokan. Ini yang aku khawatirkan terjadi, Bu-Tong-pay bisa menjadi lemah dari dalam.” kata Tan Sin Liong.

“Kira-kira siapa saja yang berada di pihak Tiong-Cin-Tojin, apakah cukup banyak ?”
“Di angkatan kami hanya Tiong-Jin suheng dan Tiong-Kok suheng yang mendukung Tiong-Cin suheng sedangan suheng-suheng yang lain ada yang mendukung Tiong-Pek suheng, ada juga yang netral. Sedangkan di angkatan yang lebih muda, tentunya murid-murid Bu-Tong mendukung masing-masing suhu mereka” jawab Tan Sin Liong.
“Apakah pihak Tiong-Cin-Tojin yang kecewa bisa mengundang orang luar untuk ikut campur?” tanya Lie Kun Liong.
“Walaupun aku tahu Tiong-Cin suheng memiliki pergaulan yang luas di kalangan kangouw tapi aku harap itu tidak terjadi. Ini bisa dianggap menghianati partai, aku rasa Tiong-Cin suheng tidak akan bertindak sejauh itu” kata Tan Sin Liong dengan mimik serius.