9. Perayaan ulang tahun ketua partai Bu-tong-pay
Keesokan paginya selagi mereka berdua sedang menikmati sarapan pagi di
warung penginapan, Lie Kun Liong mendengar namanya di panggil-panggil.
Ketika ia menengok ke arah suara panggilan itu, tampak sedang menuruni
anak tangga loteng penginapan itu Cin-Cin, Tang Bun An dan ketua partai
Thay-san-pay – Master The Kok Liang.
Dengan girang Lie Kun Liong berdiri dan menyambut kedatangan mereka
sambil berkata “Cin-moy, Tang-heng rupanya kalian juga sudah turun
gunung”. Ia lalu memberi hormat ke Master The-Kok-Liang.
Sambil tertawa gembira Cin-Cin berkata “Ayah mendapat undangan perayaan
ulang tahun ke 80 ketua partai Bu-tong – Kiang Ti Tojin, jadi sekalian
untuk menambah pengalaman kami ikut pergi sedangkan ibu tetap tinggal di
rumah.
“Sebenarnya kami bisa langsung ke Bu-tong tapi Cin-moy merengek-rengek
mau melihat-lihat keindahan kota raja dulu” kata Tang Bun An sambil
tertawa mengoda.
Sambil memonyongkan mulutnya Cin-Cin berkata “Padahal aku tahu suheng sebenarnya kepingin juga melihat-lihat kota raja”
“Sudahlah kalian berdua ini selalu ribut-ribut, malu di dengar orang” kata Master The-Kok-Liang.
Lie Kun Liong lalu mengenalkan mereka teman seperjalanannya – Bai Mu An.
Sambil sarapan pagi bersama, Cin-Cin berkata “Liong-ko bagaimana kalau
engkau ikut bersama kami ke Bu-tong, di sana pasti ramai sekali dan
banyak tokoh-tokoh silat kenamaan yang datang untuk megucapkan selamat
ulang tahun kepada Kiang Ti Tojin”
“Benar Lie-heng, sebaiknya kita pergi bersama-sama untuk menambah
pengalaman” sahut Tang Bun An sambil menoleh ke arah suhunya meminta
ijin.
Master The-Kok-Liang mengangguk-anguk tanda setuju sambil mengusap
jenggotnya. “Benar A Liong, ini kesempatan yang langka, jarang terjadi
kita bisa memenuhi undangan dari parai Bu-tong., sekalian ajak hiantit
Bai Mu An” kata Master The Kok Liang.
“Terima kasih cianpwe atas ajakannya tapi wanpwe masih ada urusan pribadi di kota raja ini” jawab Bai Mu An dengan hormat.
Lie Kun liong tahu Bai Mu An masih penasaran hendak mencari Liok In Hong sampai ketemu sehingga ia tidak telalu mendesak.
Selesai sarapan Bai Mu An pergi untuk menyelesaikan urusan pribadinya
sedangkan mereka bersiap-siap melanjutkan perjalanan ke Bu-tong-pay.
Sepanjang perjalanan Lie Kun Liong menceritakan pengalamannya secara
garis besar saja selama beberapa bulan ini termasuk peristiwa semalam.
“Aneh sekali, siapa gerangan angkatan tua yang bisa memerintahkan Maling
Sakti untuk melakukan pencurian yang sangat beresiko di istana. Setahu
lohu Maling Sakti memiliki ginkang yang tiada taranya dan ilmu silat
yang tinggi, termasuk salah satu jago kosen dunia persilatan” kata
Master The Kok Liang.
Sepanjang perjalanan ke Bu-tong mereka melihat banyak orang-orang
persilatan mulai dari pengemis, ******* dan lain-lain juga menuju ke
Bu-tong-san. Rupanya kali ini pihak Bu-tong-pay merayakan ulang tahun
ketua partainya besar-besaran.
Sekilas mengenai partai Bu-tong saat itu, dengan ribuan murid yang
tersebar di seluruh penjuru, tak pelak lagi Bu-tong-pay merupakan salah
satu partai terkuat di dunia persilatan saat ini.
Pimpinan tertinggi Bu-tong-pay selain ketua adalah hu-ciangbujin (wakil
ketua) partai yang saat ini dipegang sute Kiang-Ti-Tojin bernama
Kiang-Siang-Tojin serta para tianglo (sesepuh perguruan) yang merupakan
sute-sute Kiang-Ti-Tojin dan Kiang-Siang-Tojin.
Sedangkan angkatan kedua partai Bu-tong merupakan murid-murid utama
pimpinan partai ini yang rata-rata sudah berumur 40-50 tahunan
terkecuali murid penutup Kiang-Ti-Tojin yang baru berusia 19 tahunan
bernama Tan Sin Liong. Sedangkan angkatan muda partai Bu-tong saat ini
yang memiliki kepandaian tertinggi adalah 7 pendekar dari Bu-tong yang
merupakan murid-murid angkatan kedua Bu-tong-pay.
Di bawah kedudukan wakil ketua adalah kedudukan pelaksana harian yang
mengatur semua kegiatan sehari-hari Bu-tong-pay termasuk kegiatan
perayaan ulang tahun ini, dipimpin oleh murid pertama Kiang-Ti-Tojin
yang bernama Tiong-Pek-Tojin. Tiong-Pek-Tojin ini baru berusia
pertengahan 50 tahunan disebut-sebut sebagai calon ciangbujin (ketua)
Bu-tong-pay menggantikan gurunya Kiang-Ti-Tojin. Ilmu silatnya adalah
yang paling lihai di angkatan ke dua Bu-tong-pay dan dikabarkan telah
mewarisi semua ilmu gurunya sehingga sangat cocok menjadi calon
pengganti ciangbujin saat ini dan didukung sebagian besar sute-sutenya
serta kalangan muda Bu-tong-pay.
Namun dikalangan angkatan ke dua Bu-tong-pay yang sangat berambisi
menjadi calon pengganti ciangbujin adalah murid satu-satunya
Kiang-Siang-Tojin yang bernama Tiong-Cin-Tojin berusia dua tahun lebih
muda dari Tiong-Pek-Tojin. Dari segi ilmu silat ia masih kalah seurat
dari suhengnya Tiong-Pek-Tojin tapi dari segi kecerdikan Tiong-Pek-Tojin
kalah jauh dari sutenya ini. Tiong-Pek-Tojin wataknya teguh, dapat
dipercaya dan jujur sedangkan Tiong-Cin-Tojin cerdik cenderung licik,
supel dan kurang mempunyai wibawa di mata murid-murid Bu-tong-pay.
Lain dengan suhengnya yang menjabat sebagai pelaksana harian,
Tiong-Cin-Tojin lebih suka berkelana dan memiliki pergaulan yang luas
dengan berbagai kalangan.
Kiang-Siang-Tojin tentu saja lebih menginginkan murid satu-satunya ini
yan menjadi calon ciangbujin tapi yang berhak membuat keputusan adalah
ketua partai. Menurut kabar angin selain merayakan ulang tahunnya yang
ke 80, Kiang-Ti-Tojin juga akan mengumumkan siapa yang menjadi calon
penggantinya. Itulah sebabnya mengapa perayaan ulang tahun ini dirayakan
besar-besaran.
Sedangkan bagi para undangan, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini
untuk memberi selamat kepada tokoh paling terkemuka juga untuk mengenal
lebih dekat calon ciangbujin Bu-tong-pay yang baru.
Setibanya mereka di gunung Bu-tong sudah banyak undangan lain yang
hadir. Mereka di sambut oleh murid-murid penerima tamu dan begitu
mengetahui yang datang adalah caingbujin Thay-san-pay segera mereka
memberitahu pelaksana harian Tiong-Pek-Tojin yang keluar menyambut
mereka. Walaupun menurut tingkatan Master The-Kok-Liang sejajar dengan
ciangbujin Bu-Tong-Pay tapi Master The-Kok-Liang bersahabat kekal dengan
Tiong-Pek-Tojin karena selain berusia hampir sama, juga mereka terjun
ke dunia kangouw dan mengangkat pada masa yang sama.
“Apa khabar The-heng, sudah puluhan tahun tidak bertemu ternyata
The-heng masih kelihatan muda dan tidak berubah banyak” kata
Tiong-Pek-Tojin dengan gembira menyambut kawan lamanya.
“Baik-baik saja Can-heng, engkau juga tidak berubah malah semakin gagah”
balas Master The-Kok-Liang gembira. Ia menyebut nama Tiong-Pek-Tojin
sebelum ia menjadi Tojin (******* Tao).
“Bagaimana kabar dengan Chen Kouwnio” Tiong-Pek-Tojin menanyakan kabar istri Master The-Kok-Liang.
“Baik-baik saja, Hui-Lan tetap di Thay-San mengurus partai” kata Master The-Kok-Liang. Lalu ia memperkenalkan rombongannya.
Tiong-Pek-Tojin mengajak rombongan Thay-San-Pay ini duduk di bagian tamu
kehormatan. Para undangan yang hadir hanya sedikit yang mengenal ketua
Thay-san-pay ini karena selain sudah lama tidak berkecimpung di dunia
persilatan, letak gunung Thai-san yang jauh serta murid-murid partai
Thai-san-pay jarang yang berkelana membuat partai ini sedikit kurang
dikenal kalangan persilatan. Tapi begitu mengetahui mereka berasal dari
Thai-san-pay dan dipimpin langsung oleh ketuanya yang tersohor,
kebanyakan undangan menjulurkan leher mereka untuk melihat lebih jelas
rombongan Thay-san-pay. Apalagi rombongan Master The-Kok-Liang terutama
Cin-Cin yang cantik jelita sudah menarik minat kalangan muda yang hadir.
Memang Cin-cin memiliki bentuk tubuh dan paras rupa yang sempurna. Ia
dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan,
kelemah-lembutan, dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di
samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang
memandangnya. Sedangkan Lie Kun Liong dan Tang Bun An adalah
pemuda-pemuda pilihan dan tampan sehingga menarik minat para dara muda
yang hadir.
Di bagian tamu kehormatan ternyata sebagian besar sudah terisi,
sepanjang jalan sebentar-sebentar Master The-Kok-Liang berhenti
menyambut sapaan kenalan-kenalan lamanya.
Ternyata selain ketua Thay-san-pay, juga hadir ketua partai Hoa-San-Pay –
Master Yu-Kang, ketua Go-Bi-Pay – Ong-Sun-Tojin, ketua Kun-Lun-Pay –
Sie-Han-Cinjin, wakil ketua partai Kay-Pang – Kam Lo-kai, serta sute
ketua biara Shao-Lin – Tiang-Lok Hwesio serta ketua partai-partai
lainnya.
Boleh di bilang perayaan kali ini termasuk peristiwa langka di dunia
persilatan, di mana pimpinan utama 7 partai besar yaitu Shao-Lin,
Bu-Tong-Pay, Thay-San-Pay, Hoa-San-Pay, Go-Bi-Pay, Kun-Lun-Pay dan
perkumpulan Kay-Pang hadir semua di sini.
Dengan wajah berseri-seri, murid-murid Bu-Tong melayani para tetamu
dengan hormat. Mereka tahu para tamu undangan yang datang kali ini
merupakan tokoh-tokoh utama dunia kangouw.
Bagi Lie Kun Liong ini merupakan kesempatan yang baik untuk mencari tahu
keadaan Bu-Tong-Pay karena seperti yang ia dengar dari pelayan warung
makan mengenai kematian kedua orang tuanya sangat erat kaitannya dengan
Bu-Tong.
Sedangkan di pihak Bu-Tong-Pay, seluruh pimpinan dan murid-murid utama
telah dikerahkan menyambut kedatangan tamu kehormatan diantaranya nampak
Tiong-Pek-Tojin, Kiang-Siang-Tojin, Tan Sin Liong, 7 pendekar Bu-Tong,
dan lain-lain.
Setelah di rasa waktunya telah tiba, ketua partai Bu-Tong Kiang-Ti-Tojin
keluar. Tampak seorang tua dengan rambut telah putih semua memasuki
ruangan, wajahnya masih tampak sehat kemerahan, sinar matanya masih
bersinar terang menandakan lweekang yang sudah sempurna – Inilah salah
satu tokoh paling terkemuka di dunia persilatan. Kiang-Ti-Tojin lalu
mengucapkan terima kasih atas kehadiran para tamu undangan dan
mempersilakan para tamu untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan,
lalu ia menghampiri dan menyapa para tamu kehormatan satu per satu untuk
mengucapkan terima kasih atas kesediaan mereka datang ke Bu-Tong-Pay.
Setelah melihat para hadirin sudah puas makan minum hidangan yang
disediakan, Kiang-Ti-Tojin lalu berdiri dan berkata kepada para tamu
undangan “Pinto berterima kasih atas kunjungan para sahabat sekalian.
Seperti yang diketahui, sekarang ini pinto sudah berusia 80 tahun dan
selama ini kewajiban pinto sebagai ketua diwakili sute Kiang-Siang-Tojin
dan murid pinto – Tiong-Pek-Tojin dalam mengurus keseharian partai ini.
Saat ini pinto bersama sute Kiang-Siang-Tojin dan para tianglo sepakat
untuk menyerahkan tampuk pimpinan ke angkatan yang lebih muda dan lebih
bersemangat untuk memajukan partai. Sedangkan pinto bersama sute dan
para tianglo hanya akan mengawasi dan memberi pertimbangan-pertimbangan
jika diperlukan. Setelah melalui berbagai macam pertimbangan, pinto
memutuskan untuk menunjuk murid pertama pinto – Tiong-Pek-Tojin sebagai
pejabat ciangbujin untuk mengantikan pinto dan akan dilantik secepatnya”
Terdengar tepukan tangan yang ramai dari murid-murid Bu-Tong-Pay dan
para tamu undangan tanda penunjukan Tion-Pek-Tojin sesuai dengan harapan
mereka.
Demikianlah pidato Kiang-Ti-Tojin mengakhiri perayaan ulang tahunnya
dengan meriah. Para tamu undangan merasa puas dengan pelayanan
murid-murid Bu-Tong-Pay dan menyebarkan kabar penting ini ke seluruh
penjuru dunia persilatan. Tiong-Pek-Tojin sibuk melayani ucapan selamat
yang diterimanya dari para tamu undangan khususnya dari Master
The-Kok-Liang yang merasa sangat gembira sahabat lamanya sekarang
menjadi ketua partai Bu-Tong sejajar kedudukannya dengan dirinya.
Tiong-Pek-Tojin mendesak Master The-Kok-Liang untuk tinggal selama
beberapa hari di Bu-Tong dan di sambut dengan sukarela oleh Master
The-Kok-Liang dan rombongan.
Lie Kun Liong, Cin-Cin dan Tang Bun An selama di Bu-Tong-Pay ditemani
oleh murid penutup Kiang-Ti-Tojin – Tan Sin Liong. Dengan cepat mereka
merasa akrab dan cocok satu sama lain. Mereka diajak Tan Sin Liong
bertamasya di gunung Bu-Tong yang sangat terkenal atas keindahannya.
Mereka begitu takjub melihat keindahan Bu-Tong-San, tinggi menjulang,
biru dari kejauhan dan terkadang tertutupi awan dipuncaknya
Kawasan gunung Bu-Tong tidak hanya menyajikan panorama alam nan sejuk,
tetapi juga memiliki air terjun yang indah. Mereka dapat menikmati
keindahan alam dan segarnya air terjun dengan beraneka macam kupu-kupu
beterbangan di sana sini.
Uniknya lagi, di bagian bawah air terjun ini terdapat sebuah gua. Di
dalam gua itu terdapat stalaktit yang cukup indah. Dari dalam gua mereka
bisa dapat melihat lembar-lembar air terjun yang jatuh ke bumi bagaikan
tirai.
Mereka bertiga merasa puas sekali tinggal di gunung Bu-Tong dan berteman
dengan Tan Sin Liong. Wajah Tan Sin Long cukup tampan namun terkesan
pendiam alias tidak banyak bicara. Bagi Tan Sin Liong mereka merupakan
teman-teman yang baru pertama kali ia temui, walaupun di gunung Bu-Tong
ini pemuda-pemudi yang sebaya dengan dirinya cukup banyak namun karena
secara kedudukan tingkatannya lebih tinggi, mereka menjadi agak sungkan
dan bergaul pun menjadi kurang akrab. Memang di jaman itu, masalah
tingkatan masih dianggap sangat penting sehingga walaupun umur mereka
sebaya, mereka tetap harus memanggilnya susiok (paman guru).
Selama berada di Bu-Tong, Lie Kun Liong berusaha mencari tahu hubungan
Bu-Tong dengan ayahnya. Ia mencoba minta bantuan Master The-Kok-Liang
dengan menceritakan semua yang ia dengar mengenai kematian ke dua
orangtuanya dari pelayan warung makan, dimana sebelum meninggal ayahnya
meninggalkan goresan kata Bu-Tong. Dengan serius Master The-Kok-Liang
mendengarkan penuturan Lie Kun Liong. Ia lalu berkata “Ini memang
perkara yang aneh, apakah ada murid Bu-Tong-pay yang terlibat dengan
kematian ke dua orangtuamu masih belum bisa dipastikan kebenarannya.
Begini saja, biar lohu mencari tahu dari Tiong-Pek-Tojin dan
sute-sutenya apakah mengenal ayahbundamu. Mungkin dari sini kita bisa
mendapatkan sedikit petunjuk”.
Tapi selama beberapa hari tinggal di Bu-Tong, Lie Kun Liong tidak dapat
menemukan kabar apa pun mengenai kematian kedua orangtuanya. Master
The-Kok-Liang memberitahukan hasil penyelidikannya dengan bertanya
kepada Tiong-Pek Tojin dan sute-sutenya bahwa tak seorang pun yang
mengenal kedua orangtuanya.
Di malam terakhir mereka di Bu-Tong, Lie Kun Liong tidak dapat tidur, ia
kecewa tidak mendapatkan petunjuk apapun. Apakah kematian kedua
orangtuanya tidak akan pernah terungkap, sebagai anak ia merasa telah
mengecewakan harapan orangtuanya.
Akhirnya untuk menenangkan diri ia berjalan keluar kamar menuju taman
tidak jauh dari kamarnya. Ia duduk termenung sambil menatap kilauan
bintang-bintang di langit malam, tak ada bulan hanya ada awan yang
datang menyelimuti, ia merasakan malam begitu kelam sekelam pikirannya.
Tiba-tiba kupingya yang tajam mendengar sayup-sayup suara lirih dari
balik tembok taman lalu menghilang. Di picu rasa ingin tahu, Lie Kun
Liong melompat melewati tembok taman dan mencari sumber suara tadi. Agak
jauh ke depan dari belakang tembok taman merupakan hutan yang dipenuhi
pepohonan, dengan hati-hati ia memasuki hutan itu. Suara tadi mulai ia
dengar kembali. Dari balik pepohonan ia melihat dua orang murid Bu-tong
sedang melakukan pembicaraan. Lie Kun Liong mengenal kedua orang itu
sebagai sute-sute Tiong-Pek-Tojin, entah apa gerangan yang mereka
bicarakan di malam yang sudah larut ini. Pria pertengahan yang wajahnya
terlihat jelas ia kenal bernama Tiong-Jin-Tojin sedangkan pria yang
satunya lagi bernama Tiong-Kok-Tojin, keduanya adalah suheng-suheng Tan
Sin Liong.
Ia memasang telinga baik-baik, karena jarak persembunyiannya cukup jauh
ia hanya mendengar sepotong-sepotong pembicaraan mereka. Tapi yang
membuat hatinya melonjak adalah ketika ia mendengar kata “Pemuda
itu…..Lie Kun Liong….anak mereka….. Lie Hong Kiat”
Akhirnya ia mendapat petunjuk terang mengenai sebab kematian kedua
orangtuanya, mata Lie Kun Liong mulai meletupkan sinar berapi-api.
Sudah jelas ada murid Bu-Tong-Pay terlibat dalam pembunuhan kedua orang
tuanya. Jangan-jangan kedua orang ini turut terlibat dalam pengeroyokan
dua belas tahun yang lalu.
Lie Kun Liong menunggu ke dua orang itu pergi sebelum ia keluar dari
tempat bersembunyinya, lalu kembali ke kamarnya. Ia tidak mau bertindak
sembrono sebelum mengetahui semuanya dengan jelas dan mengungkapkan
siapa dalang dari pembunuhan ke dua orangtuanya.
Keesokan paginya ia menemui Tan Sin Liong untuk memancing informasi lebih lanjut mengenai kedua orang itu semalam.
“Tan-heng, aku lihat masa depan Tan-heng ke depan pasti gilang-gemilang
dengan terpilihnya suhengmu Tiong-Pek-Tojin sebagai ciangbujin
berikutnya, bukan tidak mungkin Tan-heng dagkat sebagai wakil ketua atau
pelaksana harian” kata Lie Kun Liong membuka pembicaraan.
Dengan menghela nafas panjang Tan Sin Liong mengeluarkan unek-uneknya
dan berkata“Lie-heng sebagai orang luar mungkin tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi di tubuh partai kami saat ini. Kelihatannya semua
murid-murid Bu-Tong saling rukun tetapi sebenarnya terdapat
perselisihan-perselisihan kecil yang kalau dibiarkan bisa membesar”
“Kalau Tan-heng percaya sama aku, persoalan apa yang terjadi di Bu-Tong-Pay saat ini ?”
“Tentu saja aku percaya sama Lie-heng yang sudah aku anggap sebagai
teman karib. Persoalan ini mengenai Tiong-Cin suheng beserta murid-murid
yang mendukungnya. Sudah bukan rahasia lagi Tiong-Cin suheng memiliki
ambisi untuk menjadi ciangbujin Bu-Tong-Pay, dengan ditunjuknya
Tiong-Pek suheng sebagai ciangbujin menggantikan suhu, membuat pihak
Tiong-Cin suheng kecewa. Sebelumnya sudah berulangkali Tiong-Cin suheng
mengkritik Tiong-Pek suheng dalam melaksanakan tugas sehari-hari partai
Bu-Tong namun selama ini Tiong-Pek suheng cukup arif tidak melayani
provokasi Tiong-Cin suheng. Tapi bila terus diprovokasi bukan tidak
mungkin Tiong-Pek suheng terpancing sehingga bisa terjadi bentrokan. Ini
yang aku khawatirkan terjadi, Bu-Tong-pay bisa menjadi lemah dari
dalam.” kata Tan Sin Liong.
“Kira-kira siapa saja yang berada di pihak Tiong-Cin-Tojin, apakah cukup banyak ?”
“Di angkatan kami hanya Tiong-Jin suheng dan Tiong-Kok suheng yang
mendukung Tiong-Cin suheng sedangan suheng-suheng yang lain ada yang
mendukung Tiong-Pek suheng, ada juga yang netral. Sedangkan di angkatan
yang lebih muda, tentunya murid-murid Bu-Tong mendukung masing-masing
suhu mereka” jawab Tan Sin Liong.
“Apakah pihak Tiong-Cin-Tojin yang kecewa bisa mengundang orang luar untuk ikut campur?” tanya Lie Kun Liong.
“Walaupun aku tahu Tiong-Cin suheng memiliki pergaulan yang luas di
kalangan kangouw tapi aku harap itu tidak terjadi. Ini bisa dianggap
menghianati partai, aku rasa Tiong-Cin suheng tidak akan bertindak
sejauh itu” kata Tan Sin Liong dengan mimik serius.
Kamis, 07 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
bagus gan artikel nya, sangat membantu dan sangat bermanfaat...
Monggo silakan kunjunggi juga artikel saya di bawah ini :
KUMPULAN STREAMING 18+ TERBARU
- Video SEX Akibat Ranjang Sempit
- Video Mesum Skandal Aku dan Kakak Tiriku
- Video Hot Aku Malu Tapi Mau
- Video Panas Pelacur Kelas Kontrakan
- Video Ngentot Memek Basah
- Video SEX Janda Kembang Muda
- Video Ngentot Perawan Ngemut Kontol Gede
- Video Mesum Aku Ketagihan Selingkuh
- Video Dewasa Jeritan Pembawa Nikmat
- Video Ngemut Tante Neneng Janda Kesepian
- Video SEX Sekretaris Seksi Hot dan Bugil
- Video Mesum Cewek SPG Ready ML Terbaru
- Video Hot Gairah Dua Mantan Kekasih
- Video Panas Memek Lilis yg Sempit
- Video Ngentot Jilbab Toge Narsis Imut
- Video SEX Gadis Berjilbab Adik Iparku
- Video Mesum Tante Meri Mama Temanku
- Video Hot Ngentotin Wanita Setengah Baya
- Video Panas Bercinta Sambil Liat Film BF
- Video Ngentot Bugil Gadis SMA Paling Sensasional
- Video SEX Bercinta Sepanjang Hari Dikamar Kos
- Video Mesum Ngentot Dengan Bantal Guling
- Video Hot Dibalik Jilbab Nurjanah dan Aisyah
- Video Ngentot Servis Cewek Penjaga Apotik
- Video Bugil SPG-SPG CANTIK DARI BANDUNG
- Video Bokep Indo Lokal 2016
- Video Bokep Asia Pijat Urut Terbaru
- Kumpulan Video Bokep Barat Terlengkap
- Kumpulan Video Bokep India Hot
- Kumpulan Cerita Sex Terbaru
- Kumpulan Janda Mesum Telanjang
Ngemut
Dí lo que piensas...