8. Jian-jiu-lo-sat (si hantu wanita bertangan seribu)
Sekembalinya ke kota raja, Lie Kun Liong langsung mencari pelesiran
Bunga Merah. Cukup mudah baginya menemukan pelesiran itu karena termasuk
pelesiran yng terkenal di kota raja. Malam itu walaupun sudah larut
malam namun di pelesiran Bunga Merah malah semakin meriah.
Dengan ragu-ragu Lie Kun Liong berdiri di pintu masuk pelesiran itu, baru pertama kalinya ia datang ke tempat seperti ini.
Selagi belum tahu apa yang harus dilakukannya untuk bertemu dengan
seorang wanita yang bernama Siau Erl, nampak mendatangi sebuah tandu
yang digotong dua orang tukang berhenti di depan pintu pelesiran Bunga
Merah. Lalu dari dalam tandu keluar seorang wanita muda berpakain hijau
muda, wajahnya cukup cantik dan tercium aroma wangi melati dari tubuhnya
yang langsing dan berisi. Melihat Lie Kun Liong berdiri di depan pintu
masuk, ia sambil tertawa genit menyapa “Kong-cu mencari siapa ?”.
Kebetulan bagi Lie Kun Liong, ia berkata “Aku datang ke sini untuk
mencari orang yang bernama Siau Erl. Apakah nona bisa membantu ?”
Sambil tertawa dan menutup bibir delima merekah dengan tangannya dia
berkata “Siau-moy inilah yang biasa dipanggil Siau Erl, ternyata kong-cu
ingin membooking siau-moy. Mari masuk ke dalam kata Siau Erl sambil
mengandeng tangan Lie Kun Liong. Dengan gembira karena tidak menyangka
orang yang ia cari ternyata adalah wanita ini, Lie Kun Liong
mengikutinya menuju kamar yang terletak di lantai dua rumah pelesiran
itu. Sepanjang jalan menuju ke kamar Siau Erl ini ia mendengar suara
desah dan lengguhan suara wanita mengundang birahi dari balik kamar yang
ia lewati. Dengan muka merah dan hati berdegup-degup ia terus mengikuti
Siau Erl.
Setiba di dalam kamar sambil terkikik kecil Siau Erl berkata “Tunggu
sebentar ya kong-cu, siau-moy membersihkan tubuh dulu sebelum melayani
kong-cu”. Dengan perasaan serba salah Lie Kun Liong hanya mengangguk
lemah. Ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat.
Kamar itu sangat besar dan mewah, pasti Siau Erl ini merupakan primadona
di rumah pelesiran ini. Dengan gerakan lemah gemulai Siau Erl berjalan
menuju lemari pakaian yang berada di pojok ruangan, lalu dengan
perlahan-lahan melepaskan pakaian yang dikenakannya.
Terlihat pundaknya yang putih mulus, leher yang jenjang dan pakaian
dalam warna merah menyala, terpampang belahan buah dada membusung ketat
di baliknya. Tanpa merasa malu Siau Erl mulai melepaskan pakaian
dalamnya yang ketat dan segera tampak sepasang buah dada yang montok
dihiasi puting susu yang kecil kecoklatan. Tubuhnya seperti layaknya
gadis seusianya putih mulus dan segar bugar. Tiba-tiba ia melepaskan rok
panjang yang dipakainya dan tampak pahanya yang mulus dan langsing,
berpura-pura tidak tahu Siau Erl sambil tersenyum tipis memiringkan
tubuhnya yang padat berisi sedikit menghadap Liok Kun Liong hingga
terlihat jelas dihadapannya bagian inti seorang perempuan. Baru pertama
kali ini ia melihat bagian paling inti milik seorang perempuan. Ia
seperti berada di tengah hutan lebat dan jurang dalam.
Dengan tubuh tanpa sehelai benangpun, semua bagian tubuhnya sangat
menakjubkan. Setiap lekuk tubuhnya mampu membangkitkan gairah setiap
laki-laki. Siau Erl lalu berjalan memasuki kamar mandinya. Dari dalam
kamar mandi terdengar suara air gemericik, begitu pelan, lamban dan
samar. Muncul dari kamar mandi, tubuh Siau Erl harum, segar, terbebat
kain diseputar buah dadanya, dengan bintik-bintik air di tengkuknya.
Sambil melepaskan kain yang dipakainya ke lantai, ia berbaring di sebuah
kasur empuk dengan bersitekan pada sebelah sikunya dalam posisi
menyamping, memperlihatkan seluruh tubuhnya. Ekspresi wajahnya segar dan
bibirnya merah delima merekah dengan sorot mata mengundang yang
sekan-akan menyiratkan bahwa tak ada persoalan apa pun dengan
ketelanjangannya. Ia seperti melayang di atas kasur empuk, dengan
perangai tubuh yang leluasa bergerak tanpa sehelai benang pun. Setiap
lekuk tubuhnya menciptakan ruang eksistensinya sendiri sekaligus menjadi
dirinya sendiri. Seluruh perangai ketelanjangan, ekspresi dan sorot
matanya, membayangkan sebuah sikap merayu, memancing orang (lelaki)
untuk menelan air liurnya.
Tubuh Lie Kun Liong tergetar, sambil menutup matanya ia menenangkan diri
sepenuhnya dan berkata “Nona, aku datang ke sini atas permintaan
seseorang dengan goresan di bagian bawah matanya sambil mengeluarkan
seuntai kalung giok yang ia peroleh dari si Maling sakti”
Dengan kaget Siau Erl langsung bangkit dari kasurnya, mengambil kain
dilantai untuk menutupi tubuhnya, lalu menghampiri Lie Kun Liong.
“Di mana Maling Sakti berada ?” tanya Siau Erl dengan suara mendesak.
“Dia telah mati di bokong oleh orang yang hendak ditemuinya di sebuah
kelenteng rusak tidak jauh dari kota raja ini” sahut Lie Kun Liong.
Dengan wajah pucat Siau Erl mengambil kalung giok dari tangan Lie Kun Liong dan mengamatinya sambil mengeluarkan air mata.
“Apa hubungan nona dengan Maling Sakti ini” tanya Lie Kun Liong ingin tahu.
“Dia ayahku” jawab Siau Erl sambil menyusut air matanya.
Dengan wajah tercenggang Lie Kun Liong menatap wajah sedih Siau Erl, ia
tidak menyangka si Maling Sakti memiliki seorang putri yang bekerja di
rumah pelesiran ini.
“Engkau pasti heran kenapa Maling Sakti memiliki putri seperti aku
bukan” tanya Siau Erl seolah-olah dapat membaca pikiran Lie Kun Liong.
Lie Kun Liong diam tak menjawab, ia tidak ingin membuat Siau Erl merasa tersinggung.
“Sebenarnya tidak banyak orang yang tahu bahwa rumah pelesiran ini
merupakan milik ayahku. Dari sinilah ayahku bisa mendapat informasi yang
berharga dari tamu-tamu yang datang dan melakukan aksinya. Tidak ada
cara yang lebih ampuh untuk mendapatkan rahasia selain dengan wanita
penghibur. Umumnya para tamu yang datang tidak curiga sama sekali kalau
kami sedang mengorek-orek rahasia mereka, terlebih apabila mereka
dicekoki arak hingga mabuk” kata Siau Erl.
“Lalu apa tujuan kalian hanya mencuri lukisan dari gudang pusaka istana” tanya Lie Kun Liong heran.
“Sebenarnya ayah mendapat order pesanan dari seorang angkatan tua
kangouw untuk mencuri lukisan itu dengan bayaran yang sangat besar,
cukup untuk tidak mencuri lagi selamanya. Kalung giok ini adalah salah
satu bukti pembayaran darinya” kata Siau Erl.
“Apakah kalian tahu apa yang di cari orang itu dari lukisan yang kalian curi ?” tanya Lie Kun Liong.
“Tidak tahu, cuma memang ayah merasakan hal ini sangat aneh hingga untuk
berjaga-jaga ia telah mempersiapkan segala sesuatu dengan membuat
tiruan lukisan itu sedangkan yang asli aku simpan” kata Siau Erl sambil
berjalan menuju lemari pakaian yang ada dipojok ruangan dan membukanya.
Tampak bagian dalam lemari itu sama seperti lemari biasa namun ternyata
dengan menekan suatu alat tertentu di balik lemari itu ada ruangan yang
tersembunyi.
Siau Erl masuk ke ruangan tersembunyi itu dan tidak beberapa lama
kemudian ia keluar sambil membawa sebuah gulungan kain dan menaruhnya di
atas meja bundar di tengah kamar serta membukanya lebar-lebar. Ternyata
gulungan kain itu adalah lukisan yang di curi si Maling Sakti,
melukiskan pemandangan pada musim rontok, di mana bulan terang, angin
bertiup sepoi-sepoi sehingga udara dan sungai tampak bersih sekali.
Sebuah maha karya lukis yang mengagumkan sehingga tidak heran termasuk
barang pusaka istana.
Setelah mengamati lukisan itu sekian lama, lapat-lapat Lie Kun Liong
merasa pernah melihat gambar lukisan itu tapi entah di mana ia pernah
melihatnya.
“Siapakah angkatan tua yang telah memberi tugas mencuri lukisan ini ?” tanya Lie Kun Liong.
“Ayah tidak sempat memberitahu karena ia terburu-buru hendak menyerahkan
lukisan ini ke orang itu. Yang pasti orang itu mempunyai kedudukan yang
tinggi di dunia persilatan sehingga ayah pun tak kuasa menolak
permintaannya” kata Siau Erl.
“Apakah orang itu tahu kediaman Maling Sakti di sini ?”tanya Lie Kun Liong.
“Tidak seorang pun yang tahu” jawab Siau Erl yakin.
“Sebaiknya nona menyingkirkan diri dari sini, siapa tahu orang itu
memiliki mata-mata dan mendapat tahu kediaman Maling Sakti di sini.
Apalagi bila ia mendapat tahu lukisan yang diserahkan ayahmu itu palsu”
saran Lie Kun Liong.
“Baiklah, Siau Erl pasti mendengarkan saran Lie-ko” jawabnya sambil tersenyum manis mengoda.
“Kalau begitu aku pergi dulu” kata Lie Kun Liong seolah-olah tidak melihat senyuman yang membuat hatinya berdebar-debar.
Sambil termangu Siau Erl memandang kepergian Lie Kun Liong, entah
mengapa baru kali ini ia mempercayai seorang lelaki dan menceritakan
semua rahasia mereka kepada orang luar. Hanya satu yang tidak ia berani
ia beritahukan yaitu julukannya Jian-jiu-lo-sat (si hantu wanita
bertangan seribu).
Next : Pendekar Cinta - Jilid 9
Kamis, 07 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
sabung ayam online Terbesar & Terpercaya !
Tersedia 3 Jenis Taruhan Sabung Ayam Live
Sabung Ayam S128 - SV388 - CFT2288 (KUNGFU)
Raih Kemenangan Anda Bersama Kami...
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
WA: +628122222995
How to Make Money on slot machines
A slot machine is the best way to make หาเงินออนไลน์ money 밀양 출장샵 online. But when 충청북도 출장마사지 playing a slot machine, you have 평택 출장안마 to 진주 출장안마 make several adjustments. In this example,
Dí lo que piensas...