Jilid 1. Puncak Gunung Thai-San
Pemandangan gunung Thai San di musim semi sangat indah, dimana-mana akan
tercium harum bunga dan rerumputan dalam tiupan angin sepoi-sepoi. Juga
tidak ketinggalan gemericik air terjun dan sejuknya belaian angin
gunung.
Di lereng-lereng gunung dan jurang bermekaran bunga-bunga liar seolah
menyambut kedatangan tamu dari jauh. Bunga-bunga di Gunung Thai San
kebanyakan tumbuh tebing-tebing terjal, maka hanya dapat dipandang dari
jauh. Hanya mereka yang memiliki ginkang yang tinggi dapat memetik dan
merasakan harum semerbaknya bunga gunung Thai San.
Setiap musim semi, gunung-gunung di sini menjadi lautan bunga persik,
ada yang warna putih, ada pula yang merah. Lembah-lembah di sini penuh
ditumbuhi pohon persik. Setiap musim semi, dilihat dari jauh,
bunga-bunga persik warna merah jambu menghias seluruh pemandangan."
Udara cerah dan jarang kabut membuat pelancong jarang melewatkan
kesempatan untuk melihat matahari terbit dari lautan awan di puncak
gunung.
Di gunung Thai San ini terdapat lebih 300 puncak, 260 sungai. Dan untuk
mencapai puncak-puncak gunung itu tidaklah mudah, hanya ahli silat kelas
satu yang dapat mendaki puncak gunung Thai San. Para pemburu umumnya
hanya berburu sampai di sekitar kaki gunung, jarang yang mampu sampai ke
puncak gunung.
Pagi hari, awan dan kabut tipis membubung perlahan-lahan menyelimuti
seluruh Gunung Thai San. Dilihat dari bawah gunung, puncak gunung tampak
samar-samar, kadang-kadang tertutup oleh awan, dan dilihat dari puncak
gunung, tampak lautan awan. Kadang-kadang di atas gunung kabut tebal
menutup pemandangan, sedang di bawah gunung hujan rintik-rintik; setelah
kabut buyar, terhampar di depan mata pemandangan yang indah menawan.
Jauh di atas puncak tertinggi gunung Thai San terdengar sayup-sayup
suara beradu denting logam. Ternyata suara itu berasal dari dua pasang
pedang yang berkilauan di timpa sinar matahari pagi.
Terlihat seorang pemuda tujuh belasan tahun dengan tubuh yang kekar dan
kuat sedang berlatih sejenis ilmu pedang sedang menyerang dengan sepenuh
hati lawan tandingnya – seorang tua berkisar 75 tahunan dengan rambut
dan jenggot yang sudah putih semua – melayani serangan si pemuda dengan
sungguh hati. Yang mengherankan untuk orang setua itu masih memiliki
daya tahan yang kuat untuk menahan dan membalas serangan pedang si
pemuda dengan ilmu pedang yang sama.
Teknik pedang yang dipergunakan jelas merupakan salah satu ilmu pedang
terhebat. Gerakan ilmu pedang tersebut seolah-olah awan-awan yang
menutupi matahari. Sepintas ilmu pedang ini terlihat sangat dasar dan
biasa-biasa saja. Namun bagi mereka yang pernah merasakan langsung
gerakan ilmu pedang ini terasa timbul medan energi pelindung yang dapat
menahan semua serangan lawan dan bahkan dapat menjadi serangan senjata
makan tuan bagi siapa saja yang berada dalam lingkupan cahaya pedang.
Si pemuda memiliki kecepatan yang mengagumkan sedangkan si orang tua
memiliki pertahanan yang sangat kokoh bak gunung Thai San yang tak
tergoyahkan.
Makin lama gerakan pedang yang mereka mainkan semakin lambat, namun hawa
chi yang dipergunakan semakin besar. Kelihatannya jurus-jurus terakhir
dari ilmu pedang itu akan segera dilontarkan terbukti terkumpulnya hawa
chi di ujung pedang mereka sehingga gerakan pedang terlihat melambat.
Dapat dipastikan gabungan jurus-jurus pedang dengan chi dari tubuh
mereka masing-masing menghasilkan perpaduan jurus pedang sakti yang tak
terkalahkan.
Tiba-tiba mereka saling melontarkan pedang dan mundur menjauh dengan
cepat – aneh namun nyata, pedang mereka tetap saling menyerang, ternyata
dalam gerakan terakhir ilmu pedang ini, pedang dikendalikan dengan
lwekang (tenaga dalam) yang tinggi sehingga pedang dapat mereka
kendalikan sesuka hati. Kehebatan jurus pedang yang mereka mainkan
sangat mengiriskan hati.
Namun lama kelamaan jelas kelihatan si pemuda mulai keteteran mengendalikan pedangnya dan tertekan oleh pedang si orang tua.
Trak… akhirnya pedang si pemuda patah dalam bentrokan terakhir dan terlempar keluar dari lingkaran pedang.
“Cukup A Liong” kata si orang tua. Engkau sudah mencapai tingkat
tertinggi dari ilmu pedang kita, cuma lwekangmu perlu engkau latih lebih
mendalam untuk menyakinkan jurus terakhir dari pedang terbang supaya
engkau dapat menjalankan semua jurus pedang terbang. Rahasia ilmu pedang
perguruan kita ini adalah dengan memadukannya chi (hawa sakti) yang kau
miliki dan akan menghasilkan perpaduan yang tak terkalahkan. Lohu
perkirakan asal engkau rajin bersemedi melatih lwekangmu, tidak sampai
10 tahun ke depan, lwekang yang kau miliki sudah cukup untuk menguasai
ilmu pedang terbang perguruan kita.
“Terima kasih Suhu” kata si pemuda yang bernama Lie Kun Liong sambil
berlutut. Budi baik suhu tidak akan pernah murid lupakan. Sambil
menghela nafas si orang tua berkata “Lohu tahu engkau sudah tidak sabar
lagi mencari musuh besarmu dan membalas dendam kematian ayah bundamu
yang sangat misterius”. Dengan bekal kepandaian yang sekarang engkau
miliki, lohu boleh berlega hati membiarkanmu turun gunung dan
berkecimpung di dunia kang-ouw. Tidak banyak ahli silat kosen yang dapat
mengalahkanmu saat ini.
“Petuah Suhu akan selalu teecu patuhi” kata si pemuda. Memang benar
teecu sudah tidak sabar lagi mencari tahu siapa sebenarnya pembunuh yang
membuat keluarga teecu hancur. Setahu teecu waktu kejadian 12 tahun
yang lalu itu, sedikitnya ada 5 orang yang berpakaian hitam dengan
berkedok menutupi wajah yang menyerang dan mengeroyok ayah dan ibu.
“Lohu tahu” kata si orang tua. Kalau tidak kebetulan lohu lewat di depan
rumahmu dan mendengar suara pertempuran, mungkin saat itu engkaupun
akan mereka bunuh untuk membabat rumput sampai ke akarnya.
Namun sayang saat itu lohu sedang terluka dalam yang parah sehingga lohu
tidak yakin dapat mengalahkan mereka. Lagipula saat lohu tiba kedua
orangtuamu baru saja menghembuskan nafasnya di tangan mereka. Yang lohu
perhatikan saat itu adalah menyelamatkan dan menyembuyikanmu terlebih
dahulu dari tangan kejam mereka.
“Oh ya suhu, kalau teecu boleh tahu siapa yang mampu membuat suhu terluka parah saat itu” kata A Liong dengan rasa ingin tahu.
“Sebenarnya kau punya seorang susiok tapi susiokmu itu sejak dari dulu
mempunyai tabiat yang kurang baik sehingga sering melakukan
perbuatan-perbuatan sesat dan di benci oleh kaum persilatan. Lohu sudah
berupaya agar susiokmu itu sadar atas segala perbuatannya namun tak
pernah dihiraukan, bahkan terakhir kali ia bertemu lohu, susiokmu itu
bekerjasama dengan kawan-kawannya mengeroyok lohu dan membokong lohu
secara pengecut dengan racun hingga lohu terluka parah. Untungnya lohu
berhasil meloloskan diri dari kerubutan mereka. Sebenarnya sejak kecil
lohu yang mewakili Insu mendidik dan mengajari ilmu silat susiokmu itu,
untungnya Insu sudah sejak awal melihat tabiatnya kurang baik sehingga
ia berpesan pada lohu untuk tidak mengajarinya 8 jurus terakhir ilmu
pedang terbang. Saat ini mungkin umur susiokmu berkisar 40 tahunan”.
Boleh di bilang salah satu yang membuat lohu kecewa dalam hidup ini
adalah tidak mampu mengendalikan sepak terjang sute sendiri. Lohu harap
jika engkau bertemu dengan susiokmu itu, sampaikan kata-kata lohu supaya
ia segera sadar atas perbuatan jahatnya. Kalau dia tetap tidak berubah,
engkau boleh melawan dan membasminya – syukur bila engkau dapat
memunahkan ilmu silatnya saja tapi kalau keadaan terpaksa engaku boleh
membasminya, demi ketenangan dunia kang-ouw.
Susiokmu bernama Tan Kin Hong, julukannya Tok-tang-lang (si belalang
berbisa) dan memiliki ilmu silat yang tinggi. Lohu rasa dengan ilmumu
sekarang ini engkau sudah mampu menandingi susiokmu, tapi satu perlu
diperhatikan adalah ilmu racunnya. Entah dari mana ia mempelajarinya, ia
mempunyai keahlian meracuni orang tanpa disadari yang bersangkutan,
baik melalui makanan, minuman maupun dari hembusan nafasnya. Semua
senjatanya baik pedang, senjata rahasianya dilumuri racun keji yang
dapat membunuh secara seketika. Jadi berhati-hatilah jika ketemu
susiokmu.
“Teecu akan berhati-hati suhu” kata si pemuda.
“Sebelum engkau turun gunung sebaiknya perlu lohu beritahukan sekilas
keadaan dunia persilatan sekarang ini biar engkau tidak buta akan
keadaan dunia kang-ouw.
Saat ini Hong-tiang (ketua) biara Shaolin - Tiang Pek Hosiang, ketua
partai Bu-Tong – Kiang Ti Tojin , dan ketua partai Thai-San – Master The
Kok Liang, serta ketua perkumpulan Kay-Pang – Sun Lo-Kai merupakan
tokoh yang paling berpengaruh di dunia persilatan, boleh di bilang
mereka adalah tokoh paling kosen dan dimalui semua orang. Namun seperti
yang engkau ketahui di antara ke empat tokoh tersebut hanya Master The
Kok Liang yang berkeluarga dan mempunyai seorang putri yaitu teman
mainmu Cin-Cin.
Selain Master The Kok Liang, lohu juga berteman baik dengan Sun Lo-Kai –
Ketua Kay-Pang tapi sudah sudah belasan tahun ini lohu tidak bertemu
dengannya, disamping lohu sibuk mengajarimu ilmu, juga Sun Lo-Kai senang
berkelana ke seluruh penjuru sehingga bahkan murid-murid Kay-Pang pun
sulit menemukannya.
Apabila kau mujur berjumpa dengannya, sampaikan salam dan pesan lohu
supaya dia tidak pelit ilmu. Mudah-mudahan ia mau mengajarimu sejurus
dua jurus ilmu saktinya”. Sedangkan dengan Tiang Pek Hosiang dan Kiang
Ti Tojin, lohu cukup kenal dan pernah bertemu mereka tukar pikiran.
“Bagaimana dengan suhu ?” kata Lie Kun Liong, teecu yakin ilmu suhu tidak kalah lihai dari mereka.
“Huss.. jangan mengumpak suhu sendiri. Dalam dunia persilatan masih
banyak tokoh-tokoh kenamaan, hanya mereka tidak mau menonjolkan diri.
Ingat pepatah diatas langit masih ada langit”.
“Baiklah besok engkau boleh pergi turun gunung, sekarang engkau boleh siap-siap”.
“Baik suhu” kata Lie Kun Liong.
Ia segera pergi kembali ke kamarnya dan menyiapkan buntalan pakaian
serta bekal yang dibutuhkan. Setelah itu ia pergi ke puncak gunung
Thai-San di sebelah timur dari pondok kediaman mereka untuk menemui
Cin-Cin. Mereka sudah semenjak lama berteman mulai di waktu ia baru tiba
di gunung Thai-San. Ia ingat waktu pertama kali suhu mengajaknya ke
Thai-San-Pay untuk menyambangi sahabat suhunya – ketua Thian-San-Pay
Master The Kok Liang, disana ia diajak oleh Cin Cin untuk berkenalan
dengan saudara seperguruannya. Tapi ia paling akrab dengan Cin Cin dan
Tang Bun An, suheng Cin Cin - murid pertama dari master The Kok Liang.
Mereka bertiga sering bermain, bercengkrama, berburu dan menjelajahi
hutang di gunung Thai San bersama-sama, bahkan kadangkala mereka
bermalam di hutan sambil membakar hewan hasil buruan, tidur beratapkan
langit seolah-olah mereka sedang berkelana di dunia kangouw.
Sesampainya di Thai San Pay, segera ia mencari Cin Cin dan Tang Bun An memberitahu mereka akan kepergiannya esok hari.
“Kenapa mendadak sekali, aku mau minta ijin ke ayah agar diperbolehkan
turun gunung juga” kata Cin Cin sambil berlari masuk kedalam rumah
mencari ayahnya.
Sambil tersenyum menatap kepergian Cin Cin, Tang Bun An berkata, “Engkau
beruntung Liong-heng boleh terjun ke dunia kangouw sekarang” Sedangkan
menurut suhu masih perlu waktu 1-2 tahun lagi bagi kami untuk menamatkan
pelajaran.
“Moga moga kalian juga bisa turun gunung secepatnya, supaya kita bisa
bersama-sama berkelana dunia kangouw” kata Lie Kun Liong sambil
tersenyum. Suhu sebenarnya berat melepas kepergianku tapi suhu sadar
cepat atau lambat aku harus pergi dan mencari tahu siapa pembunuh
keluargaku.
“Mudah-mudahan engkau berhasil membalas dendam kematian orangtuamu” kata
Tang Bun An. Oh ya, apa rencanamu begitu turun gunung ?
“Aku akan kembali ke kampung halaman dulu, mencari tahu kabar dari
tetangga sekitar mengenai kejadian 12 tahun yang lalu, siapa tahu ada
petunjuk yang bisa didapatkan”
Tak berapa lama kemudian Cin Cin kembali dengan wajah cemberut diiringi
ayahnya – Master The Kok Liang dan ibunya – Nyonya Hui Lan . Penampilan
ketua Thian San Pay ini sederhana dan bersahaja, berumur sekitar 50
tahunan namun masih tampak lebih muda dari umurnya. Apabila tidak
mengenal asal-usulnya, orang bisa menyangka ia hanya susing (pelajar)
pertengahan umur yang lemah.
Namun di balik penampilan yang lemah ini tersembunyi kekuatan dahysat
dan tidak banyak tokoh silat yang mampu menghadapi ilmu silatnya. Di
usianya sekarang ini ia sudah mampu menempatkan diri sebagai salah satu
tokoh terbesar dan berpengaruh di Bu Lim bahkan yang termuda di antara
yang lainnya. Tiang Pek Hosiang, Kiang Ti Tojin dan Sun Lo-Kai sudah
berumur 70-80 tahunan.
Di bawah kepemimpinannya ilmu pedang perguruan Thai San Pay berkembang
dengan pesat dan diakui rimba persilatan sebagai salah satu ilmu pedang
yang dahysat sejajar dengan Bu Tong Pay. Saat ini partai Thai San
memiliki kurang lebih 500 murid dengan 7 orang murid utama yang memiliki
kungfu tertinggi dan di kepalai oleh Tang Bun sebagai murid pertama dan
sudah mewarisi seluruh ilmu partai Thai San. Sedangkan Cin Cin boleh di
bilang masih kalah dari toa suhengya Tang Bun An, terutama di tenaga
lwekang. Namun apabila mereka berlatih bersama-sama, mereka berdua
merupakan jelmaan Master The Kok Liang dan nyonya Cen Hui Lan di masa
muda. Sute-sute mereka tidak mampu mengalahkan mereka walaupun di
keroyok 6 orang.
Sedangkan istrinya yang bernama Chen Hui Lan merupakan pasangan yang
setimpal dengannya, selain sebagai istri, ia juga merupakan pasangan
suaminya dalam ilmu silat karena sebenarnya mereka adalah suheng-sumoy.
Di waktu masih muda keduanya sudah mengemparkan dunia persilatan dengan
ilmu pedang bersatu padunya. Kalau sang suami kelihatan gagah dan
bersemangat, Nyonya Cen Hui Lan lemah lembut dan bekas kecantikan di
masa muda masih jelas terlihat. Tidak heran kecantikan Cin Cin rupanya
menurun dari orang tuanya.
“Hiantit, lohu dengar dari Cin Cin engkau mau turun gunung ?” kata Master The Kok Liang. Apa benar ?
Ya, paman suhu mengijinkan cayhe (saya) untuk menimba pengalaman di
dunia kangouw. Mulai besok aku turun gunung sekalian mohon pamit dan doa
restunya dari paman dan bibi.
“Engkau harus berhati-hati A Liong” kata nyonya Cen Hui Lan, dunia
kangouw sangat kejam dan banyak tipu muslihatnya. “Apakah gurumu sudah
memberitahu keadaan dunia persilatan saat ini” kata Master The Kok
Liang.
“Sudah paman” kata Lie Kun Liong. Bahkan menurut suhu paman termasuk
empat tokoh paling tersohor di dunia kangouw selain ketua Shaolin, ketua
Butong dan ketua Kaypang.
“Wah gurumu pintar merendahkan diri rupanya hiantit” kata master The Kok
Liang sambil tertawa., siapa yang tidak kenal dengan Sin Kiam Bu Tek
(Dewa Pedang Tanpa Tanding) – *** Khi Coan 30 tahun yang lalu, suhumu
itu. Bahkan lohu masih perlu belajar lagi kalau berhadapan dengan suhumu
kata Master The Kok Liang dengan serius.
“Benar A Liong, bibi rasa omongan gurumu itu perlu di revisi sedikit.
Yang benar adalah 5 tokoh besar bukan empat, suhumu sudah pasti salah
satu diantaranya” kata nyonya Cen Hui Lan sambil tersenyum.
“Cin Cin setuju dengan perkataan ibu, aku pernah mencuri lihat latihan
silat *** locianpwe (orang tua gagah) dan Liong-ko, sangat hebat dan
mendebarkan hati” kata Cin Cin sambil tertawa-tawa
“Cin Cin! Engkau tidak boleh mencuri lihat orang sedang berlatih kungfu,
pantang bagi kaum persilatan melakukannya” kata Master The Kok Liang
dengan wajah berkerut marah.
“Tidak apa-apa paman, suhu sebenarnya sudah tahu kalau Cin-moy suka
melihat waktu kami berlatih. Suhu cuma berlagak pilon saja dan tidak
marah” kata Lie Kun Liong menenangkan keadaan.
“Syukur suhu A Liong tidak marah, sebenarnya mencuri lihat latihan orang
merupakan pantangan utama kaum persilatan, bahkan bisa menimbulkan
pertempuran mati hidup. Engkau tidak boleh melakukannya lagi Cin Cin”
kata master The Kok Liang masih dengan nada marah.
“Ya ayah” kata Cin Cin sambil menundukkan wajahnya. Tapi dengan
sembunyi-sembunyi meleletkan lidahnya ke arah Lie Kun Liong begitu
ayahnya tidak melihat.
Lie Kun Liong tersenyum melihat kelakuan Cin Cin yang masih
kekanak-kanakan itu. Ia tahu Cin Cin memang manja dan suka bertindak
sesuka hati. Ia menganggap Cin Cin seperti adik sendiri karena ia tidak
punya adik sendiri untuk disayangi.
Mereka bertiga lalu pergi ke belakang lembah di belakang partai Thai
San, tempat di mana mereka biasanya mengobrol dan bertukar pikiran.
“Liong-ko apa engkau sudah menguasai ilmu pedang terbang sehingga suhumu
memperbolehkanmu turun gunung” kata Cin Cin dengan rasa ingin tahu yang
besar.
“Aku tidak heran sumoy, Liong-heng memang berbakat sekali bahkan ilmu
suratnya melebihi kita” kata Tang Bun dengan nada kagum. Menurut sunio
(ibu guru wanita) Liong-heng memiliki bakat yang sangat jarang sekali
yaitu “Sekali melihat tak terlupakan”.
“Engkau bergurau twako, dulu kalau bukan engkau dan Cin-moy yang memohon
bibi untuk memperbolehkan aku ikut serta belajar ilmu surat dengan
kalian, mungkin saat ini aku tidak melek huruf” kata Lie Kun Liong.
“Sekarang Liong-ko sudah menjadi pendekar yang Bun Bu Coan Cay (mahir ilmu silat dan ilmu surat)” kata Cin Cin sambil bergurau.
“Kalian bergurau saja, bagaimana dengan kalian - siapa yang tidak kenal
dengan kehebatan gabungan ilmu pedang kalian, mungkin ilmuku tidak ada
seujung jari kalian” balas Lie Kun Liong.
“Bagaimana kalau kita coba-coba berlatih bersama” kata Cin Cin dengan semangat.
“Jangan sumoy, nanti suhu marah” kata Tang Bun buru-buru.
“ Huh.. penakut” cibir Cin Cin.
“Sudahlah jangan bergurau lagi” kata Lie Kun Liong. Mari kita bicara
tentang dunia persilatan. Apa saja yang kalian ketahui tolong beritahu
untuk bekal nanti.
“Ketika susiok datang berkunjung tahun yang lalu, dia orang tua pernah
memberitahu bahwa untuk angkatan muda yang paling menonjol saat ini
adalah selain angkatan muda murid-murid utama partai Shaolin, Butong,
Thai San, Kaypang, Hoa San Pay, Go Bi Pay masih ada dua orang yang
menjulang namanya akhir-akhir ini yaitu Bai Mu An dengan julukan Si
Pedang Kilat dan Liok In Hong dengan julukan Dewi Pedang (Sian Li Kiam).
Ilmu silat keduanya kabarnya sangat mengejutkan dan tidak ada yang tahu
berasal dari aliran mana ilmu pedang mereka” kata Cin Cin.
“Benar susiok memang suka berkelana, dia orang tua tahu benar
perkembangan dunia persilatan saat ini. Sayang susiok belum datang lagi
ke sini, kalau tidak engkau bisa menimba pengetahuan yang banyak
Liong-heng” kata Tang Bun.
“Rupanya kalian masih punya susiok” kata Lie Kun Liong dengan heran.
Selama berkunjung di sini, aku tidak pernah tahu bahwa paman dan bibi
masih punya saudara seperguruan.
“Engkau benar Liong-ko, waktu susiok datang setahun yang lalu engkau
sedang sibuk memperdalam ilmu pedang terbang dan selama kurang lebih 3
bulan engkau jarang berkunjung ke sini” kata Cin Cin.
Menurut ayah susiok memang jarang datang ke sini, terakhir kali dia
orang tua datang waktu aku masih bayi. Sebenarnya sudah lama aku tahu
masih punya susiok tapi karena jarang bertemu jadi lupa. Ibu bilang ilmu
silat susiok susah di ukur tingginya karena susiok gemar sekali ilmu
silat dan banyak belajar ilmu silat di luar Thai San Pay kita.
Sebenarnya yang harus menjadi ketua Thai San Pay adalah susiok sebagai
murid pertama kakek guru tapi susiok tidak mau pusing dan harus menetap
di gunung Thai San ini – dia tidak betah makanya kakek guru menetapkan
ayah sebagai penggantinya.
“Waktu berkunjung tahun kemarin susiok mengajarkan aku dan toako ilmu
menutuk jari dari negeri Taylie yang di sebut It Ci Sian. Ilmu ini
sangat lihai bisa menutuk urat nadi orang dari jarak jauh tanpa
sepengetahuan yang bersangkutan. Sampai sekarang aku cuma menguasai
kulitnya saja, mungkin toako sudah menguasainya” kata Cin Cin sambil
melirik Tang Bun.
“Masih belum sesempurna susiok sumoy, tapi sudah lumayan. Yang penting
adalah lwekang harus kuat karena ilmu tutuk jari ini sangat mengandalkan
tenaga dalam” kata Tang Bun.
“Selamat kalian bisa mendapatkan ilmu yang langka itu” kata Lie Kun
Liong. Aku jadi sedikit iri dengan kalian punya susiok yang maha lihai.
“Kalau engkau mau nanti aku ajari It Ci Sian” kata Cin Cin kepada Lie Kun Liong.
“Jangan-jangan, aku cuma bergurau, nanti susiokmu marah kamu sembarangan
mengajari orang ilmu yang dia ajarkan” kata Lie Kun Liong buru-buru.
Wah sudah siang, suhu pasti sudah menunggu-nunggu, aku pulang dulu yah –
sampai ketemu lagi di dunia kangouw kalau kalian sudah turun gunung.
“Liong-heng besok kami akan berkunjung ke tempatmu untuk mengantar kepergianmu” kata Tang Bun.
“Tidak usah merepotkan, aku pergi pagi-pagi sekali – sampai ketemu lagi yah” tampik Lie Kun Liong sambil berjalan pergi.
Cin Cin memandang kepergian Lie Kun Liong dengan termangu, ia merasa ada
sesuatu yang hilang – entah apa tapi yang jelas ia merasa sedih
kehilangan teman bermainnya. Untuk gadis usia lima belas tahun, ia tidak
tahu perasaan itu adalah benih-benih cinta.
Selagi Cin Cin termenung, Tang Bun pun sedang melirik Cin Cin
sembunyi-sembunyi, didalam hatinya ia tahu Cin Cin merasa kehilangan Lie
Kun Liong. Diam-diam tanpa sepengetahuan kedua temannya ia sudah lama
menaruh hati pada Cin Cin. Diantara mereka dialah umurnya yang paling
tinggi – delapan belas tahun sehingga masalah cinta sedikit banyak ia
lebih mengerti dari kedua kawannya itu. Timbul beban berat di hatinya
karena sadar punya saingan untuk merebut si pujaan hati. Entah apa yang
akan terjadi asmara segi tiga di antara mereka.
Di lihat dari penampilan, Tang Bun dan Lie Kun Liong sama-sama memiliki
kelebihan. Muka Tang Bun lebih kelaki-lakian dan sedikit kasar sedangkan
Lie Kun Liong wajahnya lebih halus sehingga terlihat lebih tampan. Dari
bentuk tubuh Tang Bun lebih kokoh dan terkesan gagah sedangkan Lie Kun
Liong terkesan lemah seperti siucai (pelajar lemah). Namun dari sorot
mata, Lie Kun Liong lebih tajam dan bersinar terang menandakan pemilik
mata ini sudah menguasai ilmu lwekang yang dalam.
“Toa suheng! kenapa engkau menatapku terus, ada yang salah dengan
penampilanku” kata Cin Cin tiba-tiba sambil melihat ke a rah pakaian
yang dipakainya.
“Tidak apa-apa sumoy” kata Tang Bun gelagapan.
“Mari kita pulang” ajak Tang Bun buru-buru.
Akhirnya mereka berjalan pulang dengan pikiran masing-masing.
Mereka tidak tahu harapan untuk turun gunung akan tercapai beberapa bulan kemudian setelah Lie Kun Liong turun gunung.
Nantikan Pendekar Cinta Jilid 2
Kamis, 07 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Dí lo que piensas...