Kamis, 07 Agustus 2014

Pendekar Cinta Jilid 4

Jilid 4. Pertempuran yang dahsyat

Malam turun dan semakin larut. Tampak tiga bayangan orang berkelabat bagai angin di atas atap rumah penduduk menuju ke pinggiran kota. Tidak lama kemudian bayangan tersebut berhenti di atas tembok gedung yang besar. Dengan berhati-hati mereka mengamati sekelilingnya. Sambil mengerahkan ginkang masing-masing ketiganya melompat turun ke pekarangan gedung itu.

Di tengah gedung terdapat ruangan yang masih terang benderang dan suara percakapan sekelompok orang.
Dengan berindap-indap mereka bertiga mendekati sumber suara. Untungnya di dekat ruangan itu terdapat pohon yang rindang sehingga memudahkan mereka menyembunyikan diri.
Di dalam ruangan itu tampak sekitar delapan orang sedang duduk di atas meja bundar sambil makan-makan. Di ujung meja yang menghadap pintu tampak seorang pria pertengahan umur berkisar 40 tahunan sedang berbicara.

“Majikan memerintahkan kita untuk terus menghadang dan merampas barang kawalan piauwkiok “Harimau Kemala” kata pria itu. Aku mendapat kabar yang boleh dipercaya bahwa dua teman kita Si-heng dan Ti-heng telah gagal menjalankan tugas dan gugur di bunuh orang yang menolong kawanan piauwsu itu – sepasang pemuda yang kabarnya memiliki ilmu silat yang lihai sekali. Asal mula mereka sampai sekarang misterius, majikan menyuruh kita untuk berhati-hati bila kesampok mereka berdua.

Untuk sementara kita sebaiknya kita membagi diri hanya menjadi dua kelompok bukan lima kelompok seperti biasanya untuk memperkuat keberhasilan kita. Aku juga sudah mendengar siau kongcu dari piauwkiok “Harimau Kemala” sudah turun tangan dan berada di kota ini. Bila tiba waktunya biar aku atau Ji-heng yang menghadapinya.

Mendengar pembicaran mereka dan sudah memastikan bahwa memang benar mereka yang berada di dalam ruangan itu adalah kawanan penjahat yang selama ini menghadang barang bawaan piauwkioknya, Liu Cin Hok tidak sabar lagi dan membentak “Aku Liu Cin Hok sudah di sini, kalian perampok laknat jangan harap lolos kali ini dari tanganku”

Mereka yang berada di dalam ruangan kaget sekali, dengan sebat mereka menghadang dan mengepung Liu Cin Hok. Dengan mengembangkan seantero kepandaiannya, Liu Cin Hok menghadapi kawanan perampok itu dengan gagah berani.

“Kalian mundur semua” kata pria pertengahan menyuruh mundur anak buahnya. “Ji-heng, tolong kau hadapi siau kongcu kita ini” kata pria itu.
Dengan lagak jumawa keluar seorang pria berusia 35 tahunan dengan wajah berkumis dan matanya tajam bagaikan elang, menghampiri Liu Cin Hok.

“Rupanya ini siau kongcu dari perusahaan piauwkiok “Harimau Kemala, lebih baik suruh bapakmu datang ke sini menghadapi aku” katanya sambil mencemooh.

Dengan tenang Liu Cin Hok menghadapi pria yang dipanggil Ji-heng itu dan tidak memberikan komentar apapun. Ia sadar akan menghadapi pertempuran hidup mati dengan kawanan perampok ini dan diperlukan ketenangan serta tidak terpancing dengan siasat yang dijalankan musuh.

Ia langsung mengambil inisitif menyerang dan ingin menyelesaikan pertempuran secepat mungkin. Kematangan jurus yang ia lancarkan sudah mencapai taraf tertinggi, tidak malu ia sebagai orang kedua dari perusahaan piauwkiok “Harimau Kemala” yang membawahi ribuan orang.

Dari pengalaman tempurnya selama ia membantu ayahnya menjalankan perusahaan piauwkiok, baru kali ini ia menghadapi perlawanan yang ketat dari musuhnya. Perampok yang di panggil dengan Ji-heng ini memiliki ilmu pedang yang cukup mengejutkan, dengan baik ia dapat melayani semua serangan Liu Cin Hok bahkan membalas dengan tidak kalah hebatnya. Liok Han Ki dan Lie Kun Liong yang masih bersembunyi di atas pohon menyaksikan dengan kagum jalannya pertempuran di bawah. Mereka mengagumi kecepatan dan keindahan ilmu pedang Go Bi Pay yang dimainkan Liu Cin Hok. Namun mereka juga heran dan kagum akan kehebatan ilmu pedang yang dimainkan oleh si perampok itu yang dapat mengimbangi dengan baik semua serangan Liu Cin Hok.

Mereka tidak dapat meraba dari aliran mana ilmu si perampok itu. Jelas ia termasuk jago kosen dunia persilatan namun Liok Han Ki yang sudah cukup berpengalaman berkecimpung di dunia persilatan belum pernah mendengar ada jago kosen dengan ilmu pedang yang sangat lihai ini.
Khawatir Liu Cin Hok di bokong selagi bertempur, mereka berdua lalu turun menerobos ke dalam ruangan Kedatangan mereka di sambut dengan serangan berbagai macam pedang yang dilancarkan oleh 4 orang perampok. Rupanya pria pertengahan yang menjadi pemimpin sudah menduga bahwa Liu Cin Hok pasti membawa kawan-kawannya untuk membantu menghadapi mereka.

Di keroyok masing-masing oleh dua orang perampok, Liok Han Ki dan Lie Kun Liong melayani dengan tenang sambil sekali-kali melirik pertempuran Liu Cin Hok. Ilmu pedang yang dimainkan ke empat perampok itu berasal dari sumber yang sama dengan perampok yang bernama Ji-heng, jelas mereka berasal dari perguruan yang sama. Liok Han Ki melayani mereka dengan hati-hati dan mengerahkan semua kemampuannya untuk mengalahkan mereka. Dengan jurus pedang andalannya ia mencecar ke dua perampok itu sehingga mereka hanya bisa bertahan sekuatnya tanpa mampu membalas. Namun tidak mudah bagi Liok Han Ki untuk merobohkan mereka karena mereka bertahan dengan gigih, dibutuhkan puluhan jurus lagi sebelum ia dapat menghancurkan pertahanan mereka.

Sementara itu Lie Kun Liong juga menghadapi pertarungan yang ketat dengan lawan-lawannya. Baru kali ini ia terlibat pertempuran yang hebat sejak turun gunung sehingga merupakan kesempatan untuk menambah jam tempurnya. Ia mengeluarkan jurus-jurus pedang yang sering dilatihnya menghadapi mereka. Ternyata tidak sia-sia ia berlatih dengan tekun, lawan-lawannya sangat keteteran menghadapi ilmu pedangnya. Tidak sampai belasan jurus lagi mereka berdua pasti kalah namun kedua perampok itu bertahan sebisanya sambil mengharapkan bantuan dari teman-temannya.

Menyaksikan jalannya pertempuran itu, si pemimpin perampok sadar kalau dibiarkan lebih lama merka akan mengalami kekalahan, maka ia memerintahkan tiga orang yang tersisa untuk ikut mengeroyok Liok Han Ki sehingga Liu Cin Hok dan Liok Han Ki masing-masing menghadapi 3 orang perampok. Keadaan sementara cukup berimbang. Sedangkan si pemimpin perampok juga ikut terjun kedalam pertempuran dan mengeroyok Lie Kun Liong. Ia memilih Lie Kun Liong karena ia sadar dari ketiganya yang ilmunya paling tinggi adalah Lie Kun Liong.

Mendapat bantuan dari pemimpinnya, kedua perampok yang mengeroyok Lie Kun Liong bernafas lega karena tekanan terhadap mereka mengendur sedikit. Lie Kun Liong harus membagi perhatiannya terhadap serangan dari si pemimpin perampok. Serangannya tidak boleh dianggap enteng, ia harus mengerahkan semua perhatian utuk menghadapinya. Si pemimpin merupakan lawan paling tangguh yang pernah dihadapi Lie Kun Liong sejak turun gunung. Tidak heran perusahaan piauwkiok “Harimau Kemala” mengalami pembegalan sampai delapan kali tanpa perlawanan. Ternyata para perampoknya memiliki ilmu silat yang sangat mengejutkan.
Semakin lama pertempuran semakin sengit dan semakin mendebarkan hari, semua pihak bertarung mati-matian untuk meraih kemenangan.

Semakin lama dikeroyok oleh tiga perampok itu, Liu Cin Hok mulai terdesak dan sekarang keadaan mulai berbalik ia hanya bisa bertahan dan sesekali melancarkan serangan. Liok Han Ki yang menyaksikan itu sadar ia harus segera merobohkan lawan-lawannya secepatnya dan membantu Liu Cin Hok. Ia melancarkan serangan ke arah salah satu pengeroyoknya yang paling lemah sambil berkelit dari tujaman pedang perampok lainnya. Kali ini serangannya cukup berhasil menggores pundak si perampok hingga bercucuran darah dan tekanan sedikit berkurang.

Dengan semangat Liok Han Ki terus mengincar lawannya yang terluka. Ujung pedangnya berkelabat ke sana kemari menangkis serangan lawan sambil mencari kesempatan untuk melakukan serangan yang mematikan. Kesempatan itu datang tidak lama kemudian ketika perampok yang terluka itu gerakannya sedikit lambat dan tidak disia-siakan Liok Han Ki. Sambil berputar ia menyabetkan pedangkan ke arah perut si perampok dan disusul dengan serangan kilat yang tak dapat ditangkis oleh perampok yang terluka – ia hanya melihat kilau pedang Liok Han Ki sudah berada di depan mata dan tahu-tahu sudah menembus tenggorokannya.

Dengan mengeluarkan suara krok krok si perampok sudah mati sebelum jatuh ke lantai. Kedua perampok yang lain dengan meraung murka semakin memperhebat serangan mereka namun dengan berkurangnya satu orang yang mengeroyoknya, Lik Han Ki semakin leluasa memainkan ilmu pedangnya sampai tingkat tertingginya. Ia mulai melancarkan serangan-serangan kilat dan kilau pedangnya berseliweran bagaikan sinar pelangi sehabis hujan sore hari, sangat indah sekali. Tapi bagi kedua perampok itu pedang Liok Han Ki bagaikan malaikat pencabut nyawa yang semakin dekat mengancam mereka. Dengan gerakan yang sangat manis Liok Han Ki menghabisi salah satu pengeroyoknya tanpa sempat dihalangi lawannya yang lain. Kini dengan hanya tersisa satu orang, Liok Han Ki dengan cepat menghabisi lawannya yang sudah patah semnagat bertempurnya, lalu meluncur ke arah Liu Cin Hok untuk membantu menghalau kawan perampok itu. Kedatangannya menambah semangat Liu Cin Hok, dengan bergabung keduanya mampu melayani keroyokan ke tiga perampok itu.

Di pertempuran antara Lie Kun Liong dan lawan-lawannya juga sudah mendekati tahap akhir dimana salah seorang perampok sudah terluka kakinya oleh pedang Lie Kun Liong. Mendadak si pemimpin perampok itu bersuit nyaring sambil melemparkan semacam bola kecil ke lantai dan segera mengeluarkan asap memenuhi seluruh ruangan. Melihat gelagat yang tidak menguntungkan pihaknya si pemimpin perampok memberi isyarat mundur ke anak buahnya.

Lie Kun Liong, Liok Han Ki dan Liu Cin Hok mundur keluar ruangan menghindari asap tersebut, takut asap itu mengandung racun. Setelah asap buyar, kawanan perampok itu sudah menghilang di kegelapan malam.

“Tidak usah di kejar, siapa tahu mereka masih mempunyai kawan-kawan lainnya” kata Liu Cin Hok.
Mereka lalu memeriksa isi gedung dan di salah satu ruangan mereka menemukan peti-peti hasil rampasan dari piauwkiok “Harimau Kemala”.

“Aku mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan jiwi berdua, tanpa bantuan kalian entah apa yang terjadi” kata Liu Cin Hok sambil menghela nafas.

“Sama-sama Liu-heng, sudah sepantasnya kita sebagai kaum persilatan saling membantu” sahut Lie Kun Liong.

“Aku harus segera memberi kabar ke ayah bahwa kawanan perampok ini sangat lihai supaya dapat berjaga-jaga. Mungkin kami harus mengundang teman-teman ayah untuk menghadapi mereka” kata Liu Cin Hok.

“Aku rasa mereka sementara pasti berdiam diri dulu sambil menyusun kekuatan baru sebelum bertindak lagi” kata Liok Han Ki. Yang mengherankan siapa orang dibalik semua ini yang bisa mempunyai anak buah selihai itu dan memiliki ilmu silat yang tidak kalah dengan murid-murid utama partai-partai besar. Dan apa tujuan mereka membegal piauwkiok “Harimau Kemala” ?

Setelah membereskan peti-peti yang berisi barang-barang kawalan piauwkiok “Harimau Kemala”, Liok Han Ki dan Lie Kun Liong berpisah dengan Liu Cin Hok kembali ke penginapan mereka untuk beristirahat memulihkan tenaga.

Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda beberapa hari.

Selanjutnya di Pendekar Cinta Jilid 5

0 komentar:

Dí lo que piensas...