Jilid 4. Pertempuran yang dahsyat
Malam turun dan semakin larut. Tampak tiga bayangan orang berkelabat
bagai angin di atas atap rumah penduduk menuju ke pinggiran kota. Tidak
lama kemudian bayangan tersebut berhenti di atas tembok gedung yang
besar. Dengan berhati-hati mereka mengamati sekelilingnya. Sambil
mengerahkan ginkang masing-masing ketiganya melompat turun ke pekarangan
gedung itu.
Di tengah gedung terdapat ruangan yang masih terang benderang dan suara percakapan sekelompok orang.
Dengan berindap-indap mereka bertiga mendekati sumber suara. Untungnya
di dekat ruangan itu terdapat pohon yang rindang sehingga memudahkan
mereka menyembunyikan diri.
Di dalam ruangan itu tampak sekitar delapan orang sedang duduk di atas
meja bundar sambil makan-makan. Di ujung meja yang menghadap pintu
tampak seorang pria pertengahan umur berkisar 40 tahunan sedang
berbicara.
“Majikan memerintahkan kita untuk terus menghadang dan merampas barang
kawalan piauwkiok “Harimau Kemala” kata pria itu. Aku mendapat kabar
yang boleh dipercaya bahwa dua teman kita Si-heng dan Ti-heng telah
gagal menjalankan tugas dan gugur di bunuh orang yang menolong kawanan
piauwsu itu – sepasang pemuda yang kabarnya memiliki ilmu silat yang
lihai sekali. Asal mula mereka sampai sekarang misterius, majikan
menyuruh kita untuk berhati-hati bila kesampok mereka berdua.
Untuk sementara kita sebaiknya kita membagi diri hanya menjadi dua
kelompok bukan lima kelompok seperti biasanya untuk memperkuat
keberhasilan kita. Aku juga sudah mendengar siau kongcu dari piauwkiok
“Harimau Kemala” sudah turun tangan dan berada di kota ini. Bila tiba
waktunya biar aku atau Ji-heng yang menghadapinya.
Mendengar pembicaran mereka dan sudah memastikan bahwa memang benar
mereka yang berada di dalam ruangan itu adalah kawanan penjahat yang
selama ini menghadang barang bawaan piauwkioknya, Liu Cin Hok tidak
sabar lagi dan membentak “Aku Liu Cin Hok sudah di sini, kalian perampok
laknat jangan harap lolos kali ini dari tanganku”
Mereka yang berada di dalam ruangan kaget sekali, dengan sebat mereka
menghadang dan mengepung Liu Cin Hok. Dengan mengembangkan seantero
kepandaiannya, Liu Cin Hok menghadapi kawanan perampok itu dengan gagah
berani.
“Kalian mundur semua” kata pria pertengahan menyuruh mundur anak
buahnya. “Ji-heng, tolong kau hadapi siau kongcu kita ini” kata pria
itu.
Dengan lagak jumawa keluar seorang pria berusia 35 tahunan dengan wajah
berkumis dan matanya tajam bagaikan elang, menghampiri Liu Cin Hok.
“Rupanya ini siau kongcu dari perusahaan piauwkiok “Harimau Kemala,
lebih baik suruh bapakmu datang ke sini menghadapi aku” katanya sambil
mencemooh.
Dengan tenang Liu Cin Hok menghadapi pria yang dipanggil Ji-heng itu dan
tidak memberikan komentar apapun. Ia sadar akan menghadapi pertempuran
hidup mati dengan kawanan perampok ini dan diperlukan ketenangan serta
tidak terpancing dengan siasat yang dijalankan musuh.
Ia langsung mengambil inisitif menyerang dan ingin menyelesaikan
pertempuran secepat mungkin. Kematangan jurus yang ia lancarkan sudah
mencapai taraf tertinggi, tidak malu ia sebagai orang kedua dari
perusahaan piauwkiok “Harimau Kemala” yang membawahi ribuan orang.
Dari pengalaman tempurnya selama ia membantu ayahnya menjalankan
perusahaan piauwkiok, baru kali ini ia menghadapi perlawanan yang ketat
dari musuhnya. Perampok yang di panggil dengan Ji-heng ini memiliki ilmu
pedang yang cukup mengejutkan, dengan baik ia dapat melayani semua
serangan Liu Cin Hok bahkan membalas dengan tidak kalah hebatnya. Liok
Han Ki dan Lie Kun Liong yang masih bersembunyi di atas pohon
menyaksikan dengan kagum jalannya pertempuran di bawah. Mereka mengagumi
kecepatan dan keindahan ilmu pedang Go Bi Pay yang dimainkan Liu Cin
Hok. Namun mereka juga heran dan kagum akan kehebatan ilmu pedang yang
dimainkan oleh si perampok itu yang dapat mengimbangi dengan baik semua
serangan Liu Cin Hok.
Mereka tidak dapat meraba dari aliran mana ilmu si perampok itu. Jelas
ia termasuk jago kosen dunia persilatan namun Liok Han Ki yang sudah
cukup berpengalaman berkecimpung di dunia persilatan belum pernah
mendengar ada jago kosen dengan ilmu pedang yang sangat lihai ini.
Khawatir Liu Cin Hok di bokong selagi bertempur, mereka berdua lalu
turun menerobos ke dalam ruangan Kedatangan mereka di sambut dengan
serangan berbagai macam pedang yang dilancarkan oleh 4 orang perampok.
Rupanya pria pertengahan yang menjadi pemimpin sudah menduga bahwa Liu
Cin Hok pasti membawa kawan-kawannya untuk membantu menghadapi mereka.
Di keroyok masing-masing oleh dua orang perampok, Liok Han Ki dan Lie
Kun Liong melayani dengan tenang sambil sekali-kali melirik pertempuran
Liu Cin Hok. Ilmu pedang yang dimainkan ke empat perampok itu berasal
dari sumber yang sama dengan perampok yang bernama Ji-heng, jelas mereka
berasal dari perguruan yang sama. Liok Han Ki melayani mereka dengan
hati-hati dan mengerahkan semua kemampuannya untuk mengalahkan mereka.
Dengan jurus pedang andalannya ia mencecar ke dua perampok itu sehingga
mereka hanya bisa bertahan sekuatnya tanpa mampu membalas. Namun tidak
mudah bagi Liok Han Ki untuk merobohkan mereka karena mereka bertahan
dengan gigih, dibutuhkan puluhan jurus lagi sebelum ia dapat
menghancurkan pertahanan mereka.
Sementara itu Lie Kun Liong juga menghadapi pertarungan yang ketat
dengan lawan-lawannya. Baru kali ini ia terlibat pertempuran yang hebat
sejak turun gunung sehingga merupakan kesempatan untuk menambah jam
tempurnya. Ia mengeluarkan jurus-jurus pedang yang sering dilatihnya
menghadapi mereka. Ternyata tidak sia-sia ia berlatih dengan tekun,
lawan-lawannya sangat keteteran menghadapi ilmu pedangnya. Tidak sampai
belasan jurus lagi mereka berdua pasti kalah namun kedua perampok itu
bertahan sebisanya sambil mengharapkan bantuan dari teman-temannya.
Menyaksikan jalannya pertempuran itu, si pemimpin perampok sadar kalau
dibiarkan lebih lama merka akan mengalami kekalahan, maka ia
memerintahkan tiga orang yang tersisa untuk ikut mengeroyok Liok Han Ki
sehingga Liu Cin Hok dan Liok Han Ki masing-masing menghadapi 3 orang
perampok. Keadaan sementara cukup berimbang. Sedangkan si pemimpin
perampok juga ikut terjun kedalam pertempuran dan mengeroyok Lie Kun
Liong. Ia memilih Lie Kun Liong karena ia sadar dari ketiganya yang
ilmunya paling tinggi adalah Lie Kun Liong.
Mendapat bantuan dari pemimpinnya, kedua perampok yang mengeroyok Lie
Kun Liong bernafas lega karena tekanan terhadap mereka mengendur
sedikit. Lie Kun Liong harus membagi perhatiannya terhadap serangan dari
si pemimpin perampok. Serangannya tidak boleh dianggap enteng, ia harus
mengerahkan semua perhatian utuk menghadapinya. Si pemimpin merupakan
lawan paling tangguh yang pernah dihadapi Lie Kun Liong sejak turun
gunung. Tidak heran perusahaan piauwkiok “Harimau Kemala” mengalami
pembegalan sampai delapan kali tanpa perlawanan. Ternyata para
perampoknya memiliki ilmu silat yang sangat mengejutkan.
Semakin lama pertempuran semakin sengit dan semakin mendebarkan hari,
semua pihak bertarung mati-matian untuk meraih kemenangan.
Semakin lama dikeroyok oleh tiga perampok itu, Liu Cin Hok mulai
terdesak dan sekarang keadaan mulai berbalik ia hanya bisa bertahan dan
sesekali melancarkan serangan. Liok Han Ki yang menyaksikan itu sadar ia
harus segera merobohkan lawan-lawannya secepatnya dan membantu Liu Cin
Hok. Ia melancarkan serangan ke arah salah satu pengeroyoknya yang
paling lemah sambil berkelit dari tujaman pedang perampok lainnya. Kali
ini serangannya cukup berhasil menggores pundak si perampok hingga
bercucuran darah dan tekanan sedikit berkurang.
Dengan semangat Liok Han Ki terus mengincar lawannya yang terluka. Ujung
pedangnya berkelabat ke sana kemari menangkis serangan lawan sambil
mencari kesempatan untuk melakukan serangan yang mematikan. Kesempatan
itu datang tidak lama kemudian ketika perampok yang terluka itu
gerakannya sedikit lambat dan tidak disia-siakan Liok Han Ki. Sambil
berputar ia menyabetkan pedangkan ke arah perut si perampok dan disusul
dengan serangan kilat yang tak dapat ditangkis oleh perampok yang
terluka – ia hanya melihat kilau pedang Liok Han Ki sudah berada di
depan mata dan tahu-tahu sudah menembus tenggorokannya.
Dengan mengeluarkan suara krok krok si perampok sudah mati sebelum jatuh
ke lantai. Kedua perampok yang lain dengan meraung murka semakin
memperhebat serangan mereka namun dengan berkurangnya satu orang yang
mengeroyoknya, Lik Han Ki semakin leluasa memainkan ilmu pedangnya
sampai tingkat tertingginya. Ia mulai melancarkan serangan-serangan
kilat dan kilau pedangnya berseliweran bagaikan sinar pelangi sehabis
hujan sore hari, sangat indah sekali. Tapi bagi kedua perampok itu
pedang Liok Han Ki bagaikan malaikat pencabut nyawa yang semakin dekat
mengancam mereka. Dengan gerakan yang sangat manis Liok Han Ki
menghabisi salah satu pengeroyoknya tanpa sempat dihalangi lawannya yang
lain. Kini dengan hanya tersisa satu orang, Liok Han Ki dengan cepat
menghabisi lawannya yang sudah patah semnagat bertempurnya, lalu
meluncur ke arah Liu Cin Hok untuk membantu menghalau kawan perampok
itu. Kedatangannya menambah semangat Liu Cin Hok, dengan bergabung
keduanya mampu melayani keroyokan ke tiga perampok itu.
Di pertempuran antara Lie Kun Liong dan lawan-lawannya juga sudah
mendekati tahap akhir dimana salah seorang perampok sudah terluka
kakinya oleh pedang Lie Kun Liong. Mendadak si pemimpin perampok itu
bersuit nyaring sambil melemparkan semacam bola kecil ke lantai dan
segera mengeluarkan asap memenuhi seluruh ruangan. Melihat gelagat yang
tidak menguntungkan pihaknya si pemimpin perampok memberi isyarat mundur
ke anak buahnya.
Lie Kun Liong, Liok Han Ki dan Liu Cin Hok mundur keluar ruangan
menghindari asap tersebut, takut asap itu mengandung racun. Setelah asap
buyar, kawanan perampok itu sudah menghilang di kegelapan malam.
“Tidak usah di kejar, siapa tahu mereka masih mempunyai kawan-kawan lainnya” kata Liu Cin Hok.
Mereka lalu memeriksa isi gedung dan di salah satu ruangan mereka
menemukan peti-peti hasil rampasan dari piauwkiok “Harimau Kemala”.
“Aku mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan jiwi berdua, tanpa
bantuan kalian entah apa yang terjadi” kata Liu Cin Hok sambil menghela
nafas.
“Sama-sama Liu-heng, sudah sepantasnya kita sebagai kaum persilatan saling membantu” sahut Lie Kun Liong.
“Aku harus segera memberi kabar ke ayah bahwa kawanan perampok ini
sangat lihai supaya dapat berjaga-jaga. Mungkin kami harus mengundang
teman-teman ayah untuk menghadapi mereka” kata Liu Cin Hok.
“Aku rasa mereka sementara pasti berdiam diri dulu sambil menyusun
kekuatan baru sebelum bertindak lagi” kata Liok Han Ki. Yang
mengherankan siapa orang dibalik semua ini yang bisa mempunyai anak buah
selihai itu dan memiliki ilmu silat yang tidak kalah dengan murid-murid
utama partai-partai besar. Dan apa tujuan mereka membegal piauwkiok
“Harimau Kemala” ?
Setelah membereskan peti-peti yang berisi barang-barang kawalan
piauwkiok “Harimau Kemala”, Liok Han Ki dan Lie Kun Liong berpisah
dengan Liu Cin Hok kembali ke penginapan mereka untuk beristirahat
memulihkan tenaga.
Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda beberapa hari.
Selanjutnya di Pendekar Cinta Jilid 5
Kamis, 07 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Dí lo que piensas...